#DiariRK : Kami Sayang Ustadz, Ustad Sayang Kami (?)


"Wahai Umar, sesungguhnya bukan bentakan mu yang dibutuhkan oleh lelaki tadi, yang ia butuhkan adalah, engkau mengatakan padanya agar menagih hutangnya dengan cara yang baik, dan kau suruh aku agar segera melunasi hutangku"

Foto diambil di Auditorium Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta, setelah agenda berbuka puasa bersama, sholat Isya dan Tarawih berjamaah dan 2 sesi Kajian Islam Kontemporer bersama Ustadz Musholi

Seorang diantara kita bertanya "ustadz, gimana cara kita menanggapi orang-orang yang hanya mengenal kita dari sisi buruknya aja?"

Ustad tersenyum, "kita kasi tepuk tangan dulu, MasyaAllah.."sahut ustadz kemudian.

"Suatu hari" ustadz mulai bercerita, dengan gaya khas nya yang lucu tapi selalu sukses membuat kita merenung

Suatu hari Rasulullah dan Umar sedang berjalan di pasar, tiba-tiba seorang lelaki datang menarik kain yang semula diletakkan di leher Rasul, ia berkata "Engkau keturunan Abdul Mutalib memang selalu mengulur membayar hutang". Seketika Umar yang berada di sebelah Rasul memerah wajahnya dan langsung membentak pria tersebut, lantaran tak terima sang Rasul diperlakukan seperti itu

"kalian tau ga, rasanya dibentak Umar?" "gak tau ustadz" "Jangan sampai, nanti kalian parkinson's sebelum waktunya" canda ustad yang membuat ruangan yang semula hening, menjadi riuh oleh suara tawa,

Cerita berlanjut, Setelah kejadian itu, Rasul langsung memperingati Umar "Wahai Umar, sesungguhnya bukan bentakan mu yang dibutuhkan oleh lelaki tadi, yang ia butuhkan adalah, engkau mengatakan padanya agar menagih hutangnya dengan cara yang baik, dan kau suruh aku agar segera melunasi hutangku".

Ustadz tersenyum lagi, mendapati 'bocah dewasa nanggung' didepannya mulai angguk-angguk paham. "Berbicaralah dari hati ke hati, lawanlah keburukan dengan kebaikan serta kelembutan, sesungguhnya yang menutupi cahaya islam itu ialah penganutnya yang belum lulus dari mata kuliah kelembutan dan akhlakul karimah"

Ustadz, kalau boleh, ustadz jangan bosan-bosan ya mengajarkan kita, betapa pentingnya kelembutan dalam setiap perbuatan dan tauladan pada setiap ajakan. Agar kami bisa senantiasa mencintai yang ada bumi semata untuk mengundang cinta yang Maha Indah dari Langit.

Terakhir, selamat menuai keberkahan usia ustadz, kami sayang ustadz (tanpa kami perlu menanyakan ustadz sayang kami atau tidak). Rangkulan ustadz nyatanya memang lebih besar sekedar untuk kami yang ber60, kami yang ber280 dan negara ini yang berjuta puluh manusianya.

Kajian Islam Kontemporer,
Bersama ustadz Musholi ❤️
12 Juni 2017
Rumah Kepemimpinan R1Jakarta

(Repost Instagram 12 Juni 2017)

----

Bonus, beberapa ayat Alquran dan Hadits tentang keharusan berperilaku lemah lembut dalam Islam :D

“Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran : 159]

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat menginginkan kamu (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min” [At-Taubah : 128]

“Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Maha Lembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya” (HR. Muslim)

“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek” (HR. Muslim)

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut” [Thaha : 43-44]

Islam tidak sekalipun mengajarkan penganutnya untuk berlaku kasar, karena Allah yang Maha Lembut telah mengikat segala keindahan dengan kelembutan sebagai syaratnya. Jika hati kita masih tertutup dari berperilaku lembut, maka ada baiknya kita mulai mempertanyakan, sudah benarkah Islam kita? Seperti yang ustadz kata kan, Islam itu adalah cahaya yang sempurna, tanpa cacat, namun cahaya nya seringkali tertutupi, tidak lain dan tidak bukan ialah karena pengikutnya sendiri. Maka, mulai sekarang ada baiknya jika kita berupaya agar tidak menjadi bagian yang menutupi cahaya Islam, dengan berusaha menjadi pribadi yang lembut dimana saja dan kapan saja.

Yuk Jadi Lembut dan Bercahaya!

Komentar