Karena Tuhan Tidak Bermain Dadu Dengan Alam (Om Einstein)


Write for Healing : "Ketika orang-orang diberikan kesempatan untuk menulis tentang gejolak emosional mereka, maka mereka akan mengalami peningkatan kesehatan" (Pennerbaker, n.d)


Menulis membantu kita fokus mengatur pengalaman-Bu Julia (di kelas penulisan ilmiah di 2015 lalu)

Katanya, tulislah.
Tulislah apa saja,

Apa itu sekedar ucapan "terimakasih"
Terimakasih untuk tetap mampu berangkat kerja meski semalam suara-suara aneh itu mengganggu dan membuat tidak bisa tidur. 
Terimakasih, untuk masih memaksakan sarapan pagi dan bisa minum obat tepat waktu, meski lidah rasanya tak karuan.
Terimakasih, untuk tetap bertahan meski sangat melelahkan

Apa itu ucapan "maaf".
Maaf, pada wanita penuh cinta yang terlanjur kecewa karena teleponnya tak kunjung diangkat, dan ia merasa tak lagi dipedulikan oleh yang ia berusaha keras membesarkannya,
Maaf, untuk amukan tadi sore yang membuat kita tak berbaikan dan saling salah paham
Maaf, untuk setiap kata "maaf" yang hanya tersimpan tak tersampaikan.

Atau sekedar jujur pada ungkapan "aku suka" pada dia yang hanya kau pandangi dari jauh

Atau untuk mengakui dan meluapkan segenap rasa jenuh, takut, khawatir dan rindu.

Agar kita tak segera lupa, bahwa setiap perjalanan ada hikmahnya, dan mungkin nanti baru ada maknanya. Bahwa setiap kejatuhan dan naik turunnya kehidupan, tentu ada maksudnya. Agar kita ingat, untuk tidak jatuh lagi ke kekubangan yang sama di kali kedua. Ingat, bahwa dulu barangkali pernah ada yang lebih berat dan kita sanggup lewat. Atau ingat, untuk menyisihkan cerita-cerita untuk anak cucu, di masa tua.

Tulislah, tulislah apa saja

Nb : Terimakasih untuk kertas-kertas yang setia, tahun-tahun ini sangat berwarna ya, tetaplah diam dan jadi yang  tau caranya menjaga rahasia-kita-siap untuk kertas baru!

(Repost Instagram 28 Maret 2017)

"Emosi itu bagaikan energi,
ia tidak bisa diciptakan dan dihancurkan, ia hanya bisa berubah bentuk, begitu pula dengan emosi, yang tidak mungkin hilang dari diri manusia" ucap Irma Rahayu seorang terapis psikologi dalam bukunya yang berjudul Emotional Healing Theraphy, buku psikologi pertama yang saya beli ketika masih SMA. Ia berkata, bahwa emosi itu tidak mungkin diam, ia pasti dan terus bergerak agar tetap seimbang. Cara agar ia tetap bergerak ialah, penyaluran. Percaya tidak percaya, manusia memang selalu menyalurkan emosinya, contohnya, satu hal yang amat sering dilakukan manusia terutama saat dirundung emosi negatif seperti sedih dan marah, hal itu ialah 'bercerita'.


Namun, meskipun bercerita telah teruji memberikan efek yang baik, kita harus berdamai dengan kenyataan,  ada satu aspek yang kita tidak dapat memastikan kehadiran serta kesediaannya saat dibutuhkan dalam bercerita, aspek itu ialah manusia lain sebagai subjek pendengar.

Eit, tapi tenang, ada satu keahlian lagi yang tidak kalah ampuhnya dalam penyaluran emosi yang telah Allah berikan untuk manusia sebagai salah satu keunggulannya pula diantara makhluk lain, ya jawabannya "Menulis". Menulis pun tidak mau kalah memberi sumbangsih untuk jadi alat penyaluran emosi manusia yang terbukti mampu membuat manusia merasa lebih baik, salah satunya tertuang dalam buku Pennerbarker yang berjudul 
Writing to Heal: A guided journal for recovering from trauma & emotional upheaval. 

Berkenaan dengan itu, nasehat dari Ali bin Abi Thalib, satu diantara 4 sahabat Rasul yang dijamin masuk surga karena ke shalihan nya ini agaknya ada benarnya juga,

"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu".

Karena manusia memang tidak dapat ditampik memiliki kelemahan, kita tidak benar-benar dapat mengetahui apa yang ada di dalam hati dan pikiran manusia, kapan ia akan berlaku begini, kapan akan berlaku begitu, semua ketidakpastian yang juga jadi salah satu keunikan dari manusia itu sendiri. Tapi, tentu hal itu bukan bertujuan untuk membuat kita pesimis pada manusia, yang notabennya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menjalankan hakikatnya sebagai makhluk sosial. Karena yang benar menyukaimu tidak butuh penjelasan *ciegitu. 

Maka untuk menanggulanginya AYO MENULIS, karena dengan menulis, kita tidak perlu merisaukan penilaian orang lain, dan dapat dengan bebas mengekspresikan, apa saja, dan kapan saja. Menulis juga memungkinkan kita untuk lebih mengingat pengalaman apa saja yang telah kita lalui, dan dengannya lebih mudah untuk memetik hikmah dari setiap kejadian tersebut. Yes, Karena Tuhan Tidak Bermain Dadu Dengan Alam, sesui kata penemu teori relativisme, Om Einstein.

YUK NULIS dan merasa baikan :") *dengan tidak lupa selalu meminta pada Yang Selalu Mengabulkan ;)

Komentar