Tuan dan Nona : "Ketakutan yang Sederhana"

Bukankah hidup sangat menyenangkan? Karena kita dibatasi kematian, untuk menyegerakan segalanya, termasuk bersegera bangkit dari segala kesedihan dan ketakutan bahwa pelangi tidak akan datang"
 
Foto diambil di parkiran asrama RK
 
Seorang lelaki berkaca mata di bulan Desember 2 tahun lalu,

"Mengapa memasang hitam?" tanya nona,
"Mengapa tidak hitam? Saat seluruh hidupmu memang berisi hitam semuanya" tuan menjawab
"Oh gitu, gapapa kan hitam warna dasar"
"Haha, orang orang juga tau warna dasar itu merah, biru, kuning! Kemana aja waktu guru SD jelasin hah?"
(Nona terdiam sesaat)
"Ya, mungkin itu cuma teori manusia, 3 warna dasar dan tidak ada hitam dan putih didalamnya? Konyol sekali" sela nona

"Hidup saya sangat menyedihkan nona, pergilah.. tak usah ikut campur"
"hmm tapi habis ujan ada pelangi kan?
"Oh ya? Bagimana kalau hujan nya datang lalu tidak pernah berhenti? Yang ada malah banjir, dan rusaklah satu kampung, tidak ada pelangi!"
"hmm tapi banjir pun ada manfaatnya kan?"
"Apa manfaatnya?"
"Banjir membuat kita lebih hati-hati dan waspada barangkali, karena sejatinya bukan hujan yang bikin banjir ya kan? Mungkin sampah yang numpuk, mungkin pohon yang ditebang lalu lupa ditanam. Dengan itu banjir bisa jadi pengingat, ya kan?"

"Hah, tapi banjir juga membawa kematian, kalau sudah mati maka tidak ada lagi kewaspadaan, tidak berguna lagi kehati-hatian"
"hmm bahkan kematian sekalipun. Dengan kematian mungkin kita jadi harus banyak belajar, betapa hidup memang tidak selamanya, karena itu kewajiban kitalah untuk memanfaatkan ini (hidup) dengan sebaik mungkin, ya kan? Untuk tidak terlambat mengutarakan perasaan cinta pada mereka yang senantiasa hadir, mengisyaratkan rindu pada ia yang telah berlalu, dan syukur tentu saja"
"Syukur untuk apa?"
"Apa saja tuan, pada setiap hal yang pernah kita miliki, yang belum dimiliki dan yang sempat dimiliki sekalipun. Bersyukur pada hujan dan pelanginya, hidup dan matinya. Sebelum kita tidak benar-benar punya waktu lagi. Sekarang bagaimana? Bukankah hidup sangat menyenangkan? Karena kita dibatasi kematian, untuk menyegerakan segalanya, termasuk bersegera bangkit dari segala kesedihan dan ketakutan bahwa pelangi tidak akan datang"

"Baiklah, kali ini kau menang nona"

Lelaki itupun berlalu dan mulai memandangi awan mendung sambil tersenyum. Juga mengganti kanvas hitamnya dengan warna seperti pelangi.

(Repost Instagram 8 Mei 2017)

Komentar