They Ask Me : "Who is Ustadz Musholli?"

Ustadz saat mengisi kajian Islam Kontemporer

Ia Sang Penerjemah

Tidak kurang dari 12 bulan yang lalu, ke-Mahakuasa-an Allah telah mengizinkan saya untuk bertemu dengan sosok Ustadz Musholli, seorang yang saya senang menyebutnya dengan julukan "Sang Penerjemah".

Berkesempatan menjadi salah seorang penerima manfaat Beasiswa Rumah Kepemimpinan membuat saya mau tidak mau berkenalan dengan beliau, sosok yang akhirnya saya ketahui sebagai pendiri sekaligus pencetus ide brilian dari tantangan kepemudaan di masa mendatang. Sebut saja ide itu adalah "mendirikan rumah", setelah sebelumnya berhasil mendirikan lembaga bimbingan belajar yang dikenal dengan nama Nurul Fikri.

"Ini rumah bukan sembarang rumah,"  begitu kira-kira sangkalan pertama bagi siapa saja yang meremehkan ide brilian yang diusung ustaz satu ini. Pasalnya, kemampuan menelaah peluang di masa depan yang dilakukan ustadz yang kini berusia lebih dari setengah abad ini memang luar biasa adanya. Saat banyak orang mengernyutkan dahi mendengar ide asrama Rumah Kepemimpinan yang ustaz tawarkan, dengan gigih dan hati yang mantap, segala tenaga tetap dicurahkan. Terealisasikanlah ia, Rumah Kepemimpinan.
Rumah Kepemimpinan adalah solusi menyongsong Indonesia Emas tahun 2045 mendatang, sebuah institusi yang kini menyongsong 15 tahun umurnya, niatannya sederhana, termaktub dalam beberapa paragraf bernama "Idealisme Kami", yang tiada henti-hentinya digelorakan sejak awal berdirinya institusi ini. "Terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Allah-pencipta alam semesta" adalah kalimat terakhir dalam "Idealisme Kami" yang juga menjadi tujuan utama dari berdirinya institusi yang telah meluluskan lebih dari 1000 alumni yang kini tersebar untuk mewujudkan kalimat terakhir dari idealisme tersebut. Sederhana, hingga membuat siapa saja takjub mendengarkannya. Ide brilian yang didirikan dengan tidak pernah sesederhana melisankannya.

Agenda Kajian Islam Kontemporer menjadi salah satu agenda wajib bagi setiap peserta di asrama Rumah Kepemimpinan. Dari sinilah secara lebih jauh, menurut saya, setiap peserta mengenal sosok Ustadz Musholli. Pembawaan khas ustadz yang acap kali diiringi oleh gurauan menjadi hal yang selalu sulit dilupakan di setiap kajian ustaz. Namun, ada yang lebih sulit dilupakan dari kajian ustadz. Hal itu ialah tentang ajaran kelembutan yang tiada henti-hentinya disampaikan, baik melalui kisah-kisah di zaman rasul maupun apa-apa yang sering kita temui di masa kini.

Ustadz tak pernah lupa mengingatkan setiap peserta betapa pentingnya kelembutan dalam setiap perbuatan dan tauladan dalam setiap ajakan. "Berbicaralah dari hati ke hati, lawanlah keburukan dengan kebaikan serta kelembutan, sesungguhnya yang menutupi cahaya Islam itu ialah penganutnya yang belum lulus dari mata kuliah kelembutan dan akhlakul karimah" adalah salah satu dari sekian banyak nasihat ustadz yang selalu saya ingat hingga saat ini.

Teladan adalah kata yang juga sangat pantas disematkan pada Ustadz. Saat itu adalah masa-masa sulit bagi institusi Rumah Kepemimpinan. Beberapa donatur dengan beragam sebab memutuskan untuk menarik donasi yang telah bertahun-tahun mereka kucurkan untuk membiayai biaya pembinaan dari peserta Rumah Kepemimpinan di 9 regional di seluruh Indonesia. Ustadz Musholli dengan tanpa berlama-lama langsung memberikan contoh. Ia menjual salah satu rumah yang ia miliki agar setiap peserta tetap mendapatkan haknya dalam hal uang saku yang telah dijanjikan sejak awal mereka berkomitmen menjadi binaan asrama Rumah Kepemimpinan. Ustadz berpesan, apa pun badai yang kita hadapi, tidak boleh sedikit pun menyurutkan semangat kita untuk membangun Indonesia yang bermartabat dan memperoleh kebaikan dari Sang Pencipta. Ustadz juga berujar, bahwa apa yang ia lakukan sesungguhnya masih sangat jauh dengan apa yang dulu dilakukan oleh sahabat rasul pada masanya. Itulah salah satu bukti nyata dari Ustadz Musholli, sang teladan, yang tidak sekali pun kehilangan semangat demi cita-cita mulia yang ia mimpikan.

Bagi saya, Ustadz Musholli adalah sang penerjemah. Ia adalah sosok yang mampu menerjemahkan bahwa benar Islam itu diciptakan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Seorang penerjemah, bahwa kelembutan adalah bahasa universal yang Islam tidak sekalipun pernah luput daripadanya. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, "Sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan. Allah memberikan pada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan pada kekerasan dan sifat-sifat lainnya. Sesungguhnya akan tampak indah segala sesuatu yang di dalamnya dihiasi oleh kelembutan, dan akan tampak buruk segala sesuatu yang tidak ada kelembutan padanya". Menurut saya, Ustadz Musholli adalah salah seorang sosok yang mampu menerjemahkan bahasa kelembutan tersebut di mana pun ia berada. Juga, Ustadz menurut saya adalah penerjemah dari betapa pentingnya akhlak dan teladan dalam usaha kita menyontoh seseorang paling baik yang paling dicintai Allah, yakni Rasulullah salallahu wasalam, dalam setiap ajakan dan niatan baik tentang Islam dan kesempurnaannya.

Lagi, jika seseorang bertanya kepada saya, siapakah Ustadz Musholli? Saya akan dengan senang hati menjawab, "Ustadz Musholli adalah seorang penerjemah.

"Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya"
(Repost Jawaban Selasar 15 Juli 2017)

Komentar