Nabi pun Bercanda

foto jaman bahela
Eh, emang muslim itu strik banget ya, gak boleh bercanda? Ya ampun, gimana sih rasanya hidup gak pakai bercanda? Bakal bosen banget kan, ya? Sebenarnya dalam Islam itu dikenal istilah bercanda apa enggak? Rasul itu pernah bercanda gak sih?

Ya, pertanyaan-pertanyaan di atas barangkali pernah kita dengar, atau bahkan kita pertanyakan sendiri. Beruntungnya, Dr. Muhammad Abdullah Walad Karim dalam bukunya yang berjudul “Canda Gurau Nabi dengan Keluarga Beliau, Anak-Anak, dan Para Sahabat” telah memberikan referensi jawaban tentang apakah dalam Islam mengenal, mengizinkan, dan memiliki tuntunan dalam hal bercanda.

Almazhu atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bercanda, dalam istilah syariat didefinisikan sebagai bentuk kelembutan dan keakraban tanpa menyakiti. Jika ditanya apakah Islam mengenal dan mengizinkan penganutnya bercanda, maka Nabi Muhammad saw. sebagai suri tauladan utama umat muslim telah lebih dulu mencontohkannya. Hal tersebut sekaligus menegaskan bahwa “ya”, Islam pun menganjurkan umatnya untuk bercanda sebagai mana yang dicontohkan oleh Nabi.

Nabi menggunakan candaan sebagai salah satu cara mengakrabkan, menggembirakan, serta menunjukkan kelemahlembutan kepada keluarga, anak-anak, serta para sahabatnya. Namun, ada hal yang perlu kita garis bawahi dari tuntunan cara bercanda yang diberikan oleh Nabi. Hal ini terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi yang sekaligus menjadi salah satu landasan hukum dari bercanda yang diperkenankan dalam Islam.

“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai adalah yang paling dekat tempat duduknya dariku pada hari kamat, adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan yang paling aku benci adalah orang yang paling jauh duduknya denganku pada hari kiamat, adalah tsartsarun (orang yang suka mendominasi pembicaraan), mutasyaddiqun (berbicara dengan bahasa yang tinggi dengan tujuan meremehkan orang lain), dan mutafaihiqun. Mereka bertanya, “Kami telah mengetahui tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu siapakah mutafaihiqun itu?”. Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang takabur”.

Sederhananya, Islam menganjurkan penganutnya untuk tetap memperhatikan adab-adab dalam bercanda. Di antaranya ialah tidak berbohong dan tidak merendahkan (baik pihak yang melontarkan maupun yang menjadi sasaran candaan), mengingat kedua hal tersebut yang banyak terjadi pada tontonan bergenre komedi saat ini.

Diriwayatkan Anas bin Malik bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi dan berkata, “Wahai Rasulullah berilah aku tunggangan”. Nabi menjawab, “Aku akan memberimu tunggangan seekor anak unta”. Laki-laki itu menjawab “Apa yang akan aku lakukan dengan seekor anak unta?”. Maka Rasul besabda “Bukankah unta adalah anak dari unta betina?”. Salah satu bentuk candaan nabi yang tidak mengandung kebohongan sekaligus memberi pelajaran pada sahabatnya agar tidak gegabah menolak perkataan orang lain sebelum benar-benar mencernanya dengan baik.

"Sesungguhnya seorang muslim yang menyatukan keseriusan yang ingin diwujudkannya dengan selingan canda tawa, perkataan yang ringan, pembicaraan yang manis, dan tutur kata yang bijak, maka ia akan mampu menarik hati orang lain sebab kelembutan hati dan kebaikan canda tawa yang dimilikinya."

Bercanda dalam hidup diibaratkan sebagai garam dalam masakan, bila takarannya pas maka dapat membuat cita rasa makanan semakin nikmat dan gurih. Demikian juga canda yang mampu menciptakan suasana keakraban dan kedekatan antarsesama. Namun, ibarat garam,  jika ia terlalu banyak, maka masakan bisa jadi rusak dan tak dapat dimakan sama sekali. Begitu pula dengan candaan yang jika berlebihan ia bisa menjatuhkan harga diri dan menjatuhkan kehormatan kedua pihaknya. Maka bercanda sesuai takaran adalah yang teramat dianjurkan untuk kita terapkan, mengingat jika tidak bercanda maka tidak gurihlah kehidupan.


Jadi mari bercanda, bercanda ala Nabi. :D

Referensi
Buku “Canda dan Gurau Nabi” oleh Dr. Muhammad Abdullah Walad Karim terbitan Darul Haq Jakarta, 2015.

(Repost Journal Selasar 29 Agustus 2017)

Komentar