They Ask Me : "Bagaimana cara mengatasi kesedihan?"

[Suatu saat kita akan berkata : ''Kita beruntung pernah sedih'']

Its okay not to be okay, Belitong 28 Juli 2017 (Museum Kata Andrea Hirata)

"Jika bahagia tidak abadi, maka duka pun tidak abadi"-Imam Syafii

Ya, kesedihan, atau perasaan sedih, pertama-tama ada baiknya kita terima sebagai sebuah kemutlakan dalam hidup yang sebut saja sangat berwarna ini. Pasalnya, menurut film Inside Out (film kartun pentolan Disney-Pixar yang mencoba membahas emosi-emosi yang terdapat pada manusia) dan beberapa teori dalam psikologi, ada setidaknya 6 emosi dasar yang pasti dimiliki hampir seluruh manusia di muka bumi. Kita mengenal, marah, senang, sedih, jijik, terkejut, takut sebagai 6 emosi dasar tersebut, dan yaa emosi 'sedih' jadi salah satu yang selalu menarik untuk dibahas.

Berkontemplasi dari 19 tahun kehidupan saya, ditambah dengan berbagai hal soal manusia yang dicekoki oleh kelas-kelas di psikologi, saya jadi mengambil sebuah pemahaman baru berkaitan dengan kesedihan. Hal itu bernama 'penerimaan'. Kesedihan yang bisa jadi memiliki 1001 lebih penyebab ini agaknya memang akan selalu mengisi ruang-ruang kehidupan kita, mau tidak mau, percaya tidak percaya. Maka dari itu, sebelum mengetahui bagaimana cara mengatasi kesedihan tersebut, jika yang dimaksud cara itu adalah serangkaian metode-metode agar kita segera keluar dari tidak nyamannya perasaan sedih, maka hal pertama yang sebaiknya kita lakukan ialah menerima kesedihan itu.

Kehilangan, kepergian serta keharusan untuk melepaskan sejatinya memang tidak pernah mudah, karena dalam sebuah penelitian yang diberitahukan seorang teman yang hobi membuat esai psikologi mengatakan, bahwa ketakutan terbesar manusia yang utama ialah 'kehilangan'. Jadi, ya, menjadi wajar sekali saat dalam kondisi tersebut, perasaan itu muncul bagaikan tamu tak diundang. Maka ya, sekali lagi, sebelum melakukan serangkaian kegiatan hiking, rekreasi, nonton bola ke stadion, atau membuat agenda hangout dengan teman-teman terdekat sebagai wujud coping (stategi keluar dari stress/ perasaan tidak nyaman), hal pertama yang harus kita lakukan adalah menerima dan berdamai dengan kesedihan itu. Caranya adalah dengan meyakinkan diri kita, bahwa 'its okay to feeling this sadness', 'saya tau melepaskan dia tidak mudah, tapi mari kita coba ini perlahan-lahan, insyaAllah ada jalan',  dan afirmasi (pernyataan positif yang ditujukan kepada diri sendiri untuk mempengaruhi pikiran dan membentuk persepsi yang lebih positif tentang suatu hal) sejenis lainnya.

Jika berkesempatan menulis, maka lebih baik, karena menulis dalam penelitian yang dilakukan Pennerbarker dapat menurunkan kadar stress yang salah satunya ditimbulkan oleh perasaan sedih yang berlarut larut (dalam bukunya yang berjudul writing to heal). Saya pribadi biasa membuatnya menjadi beberapa bagian, pada halaman pertama saya akan berusaha menjawab pertanyaan "apa yang  Dian rasakan saat ini?". Lembar kedua, kira-kira akan ada pertanyaan "hal apa yang membuat Dian merasakan hal tersebut?". Pada halaman ketiga, "Apa yang akan kita lakukan sekarang?" dan biasanya ditutup dengan "Mari kita lakukan Sweetie!!". Yap, hal pertama yang biasan saya lakukan saat sedih adalah menulis.

Selain menulis, jika rasanya sangat sesak, saya menyarankan siapapun itu orangnya untuk melakukan hal ini, menangis, maka menangislah . Karena menangis telah terbukti ampuh sebagai salah satu amunisi dan mekanisme melepaskan emosi (dalam hal ini emosi tidak diartikan sebagai perasaan marah semata) yang sangat tidak apa-apa jika dilakukan (ini sekaligus merubah paradigma bahwa menangis itu bentuk kelemahan). Jadi saat merasa sedih, jangan segan-segan untuk menangis, karena itu sungguh baik untuk emosi kita yang sejatinya harus selalu bergerak dan akan jadi masalah ketika ia tertahan dan menjadi bom waktu yang sulit dikendalikan. Kita bisa memilih, ingin menangis sendiri, atau ditemani oleh seseorang yang kita percayakan.

Saat sedih, sebenarnya merupakan waktu yang tepat untuk kita merefleksikan berbagai hal dan kejadian dalam hidup, jadi saat sedih, boleh kiranya kita menyediakan waktu khusus dengan diri sendiri, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Dalam psikologi hal ini dinamakan dengan istilah ''Self Care". Self care adalah saat dimana kita meluangkan waktu untuk kebaikan diri sendiri, bisa dilakukan dengan jalan-jalan pagi/sore dan merasakan kicauan burung, minum teh hangat sambil menggenggap mug teh yang masih hangat, berdiam diri di mesjid sambil beribadah dan serangkaian kegiatan sederhana lainnya yang dilakukan untuk mencari ketenangan bagi diri sendiri.

Masih banyak lagi yang dapat kita lakukan, sebagai upaya untuk keluar dari ketidaknyamanan dari perasaan sedih. Bisa dengan mengobrol bersama teman dekat, berjalan-jalan, olahraga berat dan lain sebagainya, namun ada satu hal yang kita sebaiknya ingat, dibalik semua keinginan kita untuk keluar dari kesedihan tersebut, hal pertama yang mesti kita lakukan ialah, penerimaan, menerima setiap kesedihan, kehilangan dan kepergian sebagai sesuatu yang mendewasakan dan membuat kita memiliki pemaknaan yang jauh lebih mendalam terhadap hidup dan kehidupan itu sendiri. Berdamai dengan kesedihan dan mensyukuri setiap keadaan, bahwa dalam kepingan kesedihan kita makin mengerti apa itu kebahagiaan, dan lebih mengikhlaskan bahwa dalam setiap perjumpaan memang selalu disertai dnegan perpisahan.

Sampai suatu saat kita akan mengatakan "kita beruntung pernah sedih", karena dengannya kita mengerti apa makna dari bersyukur, bersyukur atas apa yang dimiliki, apa yang tidak dimiliki, ataupun apa yang sekedar pernah dimiliki.

Selamat berdamai, dan tidak perlu terburu-buru untuk yang satu ini
(Repost Jawaban Selasar.com 3 Agustus 2017)

Komentar