Terhubung

Dunia berputar, kita juga.
Hanya,  mungkin poros nya berbeda.


Kita saling terhubung satu sama lain,  alam dengan alam,  alam dengan manusia, dan tentunya manusia dengan manusia. Kita saling memberi alur pada masing-masing cerita. Hujan dan tanah. Tanah dan semut. Semut dan manusia. Manusia kesemutan dan manusia tidak kesemutan.


Jika daun tak pernah marah pada angin yang membuatnya jatuh. Semut pun tak pernah kita dengar berkecil hati terhadap hujan yang memisahkannya dari gerombolan. Tapi lain hal dengan manusia,  karena kita kira kita cukup berwenang mengatur segala hal sesuai kehendak dan kesenangan sendiri.


Bencana alam tak jarang membuat kita merasa kehilangan banyak hal,  barang-barang yang dibeli dengan harga mahal,  benda-benda penuh kenangan yang diberikan seseorang nun spesial,  termasuk momentum-momentum penyelamatan yang bikin kita gagal beranjak untuk mulai sesuatu yang baru. 


Maka begitu,  alam dan kehendak-kehendaknya menjadi hal yang tak tertampik, ambil adil dalam rangkaian panjang kereta kehidupan kita.


Peristiwa besar suatu negara juga,  menjadi peristiwa besar pula bagi sebagian orang. Agent Orange di Vietnam contohnya,  siapa yang tau bahwa senyawa yang mampu merusak gen itu bakal menghancurkan generasi-generasi yang jauh dari tahun tahun perang, generasi yang tidak terlibat apa-apa,  tidak tau apa-apa, tapi kena getahnya.


Bos yang marah-marah di kantor juga. Siapa yang tau bahwa kemarahan bos saat itu akan berdampak pada perlakuan kasar yang dilakukan sang ayah terhadap anak sulungnya. Hingga si sulung hidup dalam amarah yang tertahan dan rasa rendah diri yang sulit di elakkan.


Kita saling terhubung, kehidupan kita tidak selalu berada dalam kendali kita. Sakit-sakit kita tak melulu datang dari orang tua yang kita senang tuduh salah asuh. Dan yang mesti dijiwai,  apa-apa yang kita kerjakan,  sadar tidak sadar,  teras atau tidak terasa,  peecaya tidak percaya,  akan mempengaruhi pergerakan dunia beserta cerita-cerita didalamnya. Entah itu sesederhana memberikan kritik tidak membangun pada teman sekelas yang menjengkelkan,  membuang upil dibawah meja belajar saudara kandung,  atau sekedar menghela nafas saat seseorang sedang presentasi didepan kelas,  disana itu.


Kehidupan kita juga,  kita tidak tau,  diluar sana ada banyak tenaga dan upaya yang dikerahkan untuk menjaga kelangsungan hidup kita,  dan orang-orang yang bahagia atas keberadaan kita, kadang tidak terlihat,  atau sengaja disembunyikan. 

Terserah sajalah. 

Hidup kita masih amat berharga,  bukan cuma buat kita,  jadi bergeraklah dengan pikiran-pikiran itu.
Pikiran kalau setiap gerakan,  suara dan nafas kita, 
Berharga.

Komentar