Sebuah Puisi : Bagaimana Bisa

Akhirnya,  kita memang akan saling meninggalkan satu dan lainnya,

Ia yang ditemui ditengah lengangnya meja-meja persegi.
Ia yang dikenal lewat sebuah naskah dan puisi.
Ia yang dipertemukan lewat ajang baris-berbaris.
Ia yang dikolam ikan masih berusaha bercanda meski hatinya gundah gulana.

Kalau begitu,
Kemanakah semua ini akan bermuara?

Akankah pada pertemuan kita yang memang tak ada maknanya?
Akankah pada perpisahan yang manis, tapi menyisakan luka?

Mengapa kita dipertemukan?

Jika akhirnya,  kita mesti saling melupakan.

Mengapa ada pertemuan yang indah,
Dan perpisahan yang memilukan.

Mengapa ada manusia yang mencintai apa-apa yang bukan miliknya secara berlebihan.

Saat semua orang sibuk,
Yang kita temukan hanya diri sendiri didepan cermin.
Tawa orang-orang yang mampir lalu mangkir.

Bagaimana mungkin ada orang yang terlalu mencemaskan kepergian?
Padahal, itulah siklus utama agar dunia bisa terus berkembang.
Bagaimana bisa kita hidup dengan perasaan sakit yang sulit disembuhkan?
Padahal, tiap hari,  itulah yang nyata dihadapi,
Agar nyali teruji dan energi terhabisi

Bagaimana mungkin ada yang bertanya-tanya,
Tapi tak menginginkan jawaban.

Mushola Asrama Tiara,  15 Oktober 2017.
-diri,  ayo ikhlaskan.

Komentar