Tuan dan Nona : Wanita dan telepon pintar

"Aku tidak habis pikir"  Nona bergumam.

Tuan menaikkan alisnya,  ia siap dengan pikiran liar sang nona,  lagi. 

"Aku tidak mengerti,  mengapa masih begini?" Alis sang nona naik turun tidak yakin dengan apa yang ia lihat di telepon pintar miliknya.

Tuan menutup layar handphone sang nona "Nona,  kau tidak tau atau tidak ingin orang tau analisis tidak positif mu? Mata tuan menangkap wajah sang nona.

"Baik-baik,  iya aku tau, .."

"Tidak ada yang namanya tidak tau,  yang ada hanya kita tidak ingin orang tau apa yang kita pikirkan" ucap mereka serentak.

"Jadi? " sahut Tuan

"Aku tak yakin,  tapi ini masih amat aneh,  mengapa orang, terutama perempuan yang sudah memilih untuk berkomitmen masih melakukan ini? " Nona seketika menunjukkan gambar-gambar di sebuah media sosial di telepon pintarnya

" Apa?  Maksud mu memposting foto pribadi mereka? "

Nona mengangguk.

"Menurutmu apa yang salah? Dia hanya meletakkan foto di akun pribadi miliknya"

"Tapi,  bahkan mereka baru saja menikah?! "

" Lalu? " ungkap Tuan agar sang Nona segera meneruskan hipotesisnya.

" Harusnya,  ia memposting fotonya setelah menikah atau yaa..ya paling tidak mereka berdua jika mereka benar ingin terlihat bahagia  dan ingin agar orang lain tau"

"Tapi,  ini sungguh mengganjal,  sang wanita tetap memposting foto dirinya sendiri bahkan saat liburan bersama pasangannya. Menurut ku,  ini lebih normal jika pihak laki-laki yang melakukannya,  ya kau tau,  tingkat narsistik laki-laki jauh lebih tinggi" Nona tertawa ke arah tuan yang sedang asik mendengarkannya.

"Hey! " tuan langsung menangkap ungkapan yang mencoba menggoda sekaligus menyudutkannya itu.

"Jadi, menurut mu, sang wanita masih ingin terlihat cantik dan menarik bagi orang lain selain pasangannya.  Atau menurut mu sang wanita tidak bahagia atau tidak merasa cukup dengan pernikahan yang baru mereka jalani?" Tuan coba menyimpulkan apa yang mungkin dipikirkan sang nona.

"Aku masih melihat kemungkinan,  bahwa ia mungkin masih ingin menjadikan ini sebagai personal branding bagi dirinya,  tapi lagi-lagi,  buat apa?  Ia sudah bekerja,   orang-orang pun tau status barunya, suaminya,  lalu buat apa? Arsip?  Hah,  ada banyak tempat lain jika ia memang ingin mengarsip. Arsip di media sosial tak lebih tinggi nilai fungsinya bagi orang-orang,  dari pada fungsi ingin agar aktivitas atau pikirannya diketahui. Lagipula,  akan terlihat berbeda,  mereka yang bertujuan mengarsipkan atau bukan"

"hmm,  bagitu. Jadi apa pikiran negatif atau 'hipotesis' mu akan hal ini?"

"Sang wanita ingin terlihat  dan mendapat pengakuan cantik, agar orang melihat berfikir bahwa ia memang cocok dengan laki-laki ini,  suaminya yang jadi bulan-bulanan banyak orang karena kemapanan dan ketampanannya"

"Wah,  wah,  sang pembuat hipotesis. Aku kira pikiran mu akan jauh lebih negatif lagi,  haha"

"Padahal,  tanpa begitu,  dengan apa yang di share di akun sang suami,  sudah terlihat,  bahwa sang suami memang menyukainya,  tanpa dia perlu dapat pengakuan dan peyakinan dari orang-orang diluar hubungan mereka" sang nona tidak menggubris tuan barusan.

"Tapi entahlah,  mungkin sang wanita masih terlalu kaget mendapatkan laki-laki ini,  hingga mungkin jadi tidak percaya diri pada awalnya" mata nona mengawang menyelesaikan apa yang baru ia katakan.

"Bagus nona,  aku tau,  yang seperti-seperti ini,  yang membuatku gagal" tuan tersenyum kearah nona tiba tiba.

"Gagal apa? " sahut sang nona bingung.

"Gagal apa? Gagal melepaskanmu dari sini,  dan sini"  Tuan menunjuk bagian kepala dan dadanya (pikiran dan hati).

"Masih saja,  kau masih saja gombal seperti biasa. Entah siapa lagi yang bisa membuat ku luluh dengan gombalan sereceh itu" Nona tersipu malu,  pipinya merah.

"Tapi,  ketimbang berprasangka dan berasumsi terlalu banyak.. "

" Ya Tuhan,  kau benar.  Aku telah menghabiskan 15 menit 23 detikku hanya untuk mencari tau tentang orang lain.  Ya Tuhan,  aku melakukannya lagi! "

"Haha, mungkin karena kau terlalu peduli, nona.  Tapi,  dari pada kau terus bertanya,  lebih baik begini.."  Tuan seketika mengambil ponsel pintar milik nona,  menekan tombol pesan dan..

"Hallo Karin,  apa kabar?  Ku dengar kau telah menikah,  wahh aku doakan semoga kau bahagia. Kapan kita bisa bertemu dan bercerita lagi? "
Pesan itu pun terkirim,  tepat pukul 11.50.

" Nah dengan begini,  kau tak perlu lagi berasumsi,  kau bisa menanyakannya langsung"

"Dia Karin teman dekatmu ketika SD kan?"

"Aku tau,  kau pasti merindukannya. Kita tidak mungkin begitu peduli pada mereka yang hidupnya tak benar-benar beririsan dengan hidup kita"

Sang nona masih mematung. Sulit dipercaya.

"Bagaimana kau tau? "

Tuan hanya tersenyum,  menatap mata nona dengan senyumnya yang khas.

---------------------

" Sebuah penelitian menyatakan,  pasangan yang banyak memamerkan kebersamaan dan keromantisan mereka di media sosial,  memiliki kecenderungan bercerai yang lebih tinggi atau usia pernikahan yang relatif lebih sebentar, ketimbang yang tidak gemar melakukannya. Hal ini karena ukuran kebahagiaan mereka tidak lagi pada hubungan itu,  melainkan berdasarkan penilaian orang lain terhadap hubungan tersebut. Ini menjadi permulaan dari keretakan dalam hubungan"-Kata seorang dosen dari sebuah jurnal yang ia baca

Komentar