Tuan & Nona : "Cemburu itu Luka"

Kerudung itu dibuai-buai angin. Iseng sekali,  kain yang melilit bagian kepalanya itupun terhembus mengenai wajah tuan yang berjalan bersebelahan denganya. Anginnya cukup deras.

Nona menghalau bagian kerudung yang terlanjur mendarat di wajah tuan. Tanpa sepatah katapun. Begitu saja.

Gelegatnya tak biasa,  sebagai lelaki yang terbiasa dengan keadaan diam seperti ini,  ia merasa ada yang sedikit berbeda. Gadis di sampingnya, gadis yang tau betul bagai mana hatinya. Gadis yang tak sekalipun mengungkapkan perasaannya atas semua perilaku mencolok sang tuan. Benar,  hari ini ia tidak seperti biasa.

Ia diam. Diam yang mengganggu pikiran.

"Ada apa?" Tanya tuan ragu-ragu.

Nona hening. Tidak bergemih.

"Apa semua baik-baik saja? " tuan bertanya sekali lagi.

Nona masih diam. Seolah tidak ada suara apapun.

Tuan berhenti, " Hey,  ada apa nona? " Ia menarik lengan wanita itu, lalu seketika melepaskannya saat sadar ia mencengkramnya cukup kuat.

Nona memandangnya. Tatapan datar. Tapi tak ada suara. Tak lama,  sang nona langsung bebalik, kembali berjalan seperti biasa.

"Hey hey,  bagaimana aku tau apa yang kau pikirkan,  beri aku tanda yang lain?! Tatapan itu.. Apa maksudnya? "

" Hey! " kali ini suara tuan terdengar amat menggema. Sang nona pun terhenti,  ia telah 10 langkah didepan tuan.

Tuan berlari mendekati gadis itu.
" B-bagaimana.. "

Nona berbalik badan dengan cepat,  keras sekali hingga terasa angis sisa balikan badannya.

" Apa nya yang bagaimana?! "suaranya parau. Sedikit membentak. Matanya berkaca-kaca.

Tuan berkedip. Tidak paham maksud pertanyaan itu. Mengapa dia menggunakan kata yang belum ia selesaikan. Membingungkan.

" Kita hendak kemana? " tanya tuan mengalihkan wajah sendu dihadapannya.

" Kita? Sejak kapan semua ini jadi kita? Kita untuk subjek siapa?"

Nona tertunduk. Air matanya jatuh menghinggapi jalanan yang kering, berhari-hari tidak hujan.

Seketika itupun ia tersenyum. Mengusap dua matanya yang terlanjur basah. Mengusap hidungnya yang tak terasa berair.

"Pergilah,  tak apa" ucapnya lembut sambil tersenyum.

"Pergi? Kemana? " Alis tuan bergerak gerak,  ia tak mengerti. Semakin tak mengerti.

"kemanapun yang kau suka, tak apa" suara nona serak,  cairan di hidungnya tak bisa disembunyikan. Ia menyekanya berkali-kali.

Tuan semakin bingung,  semua ini semakin membuatnya tidak tau harus melakukan apa. Ia mencari mata sang gadis yang berbicara tapi tak menatapnya. Sibuk dengan hidungnya yang berair. Entah kenapa,  membuatnya semakin terlihat lucu dan menggemaskan.

Nona mengangkat wajahnya. Ia tersenyum lagi.
"Maafkan aku,  tak apa,  kau boleh pergi.

Aku terlalu naif. Aku hanya ingin memiliki satu, satu yang aku inginkan,  dan satu yang menginginkanku. Satu yang merasa cukup dengan kehadiranku"

Tuan tak paham  alis nya masih bergerak-gerak, meminta penjelasan.

"Aku sekarang mengerti. Tidak semua orang seperti aku. Beberapa orang ingin lebih,  mungkin kau salah satunya. Tak apa,  aku baik-baik saja. Dunia baik-baik saja.

Malam itu setelah seseorang mengatakan padaku bahwa kau menemani wanita itu pagi-pagi buta,  semua semakin jelas dan terang. Itu bukan awalnya, hanya memperkuat apa yang selama ini kusaksikan. Tidak apa" Nona tersenyum menatap lelaki di hadapannya yang berusaha keras mencerna maksud perkataannya.

"Tuan,  bagimu satu tak akan pernah cukup. Mungkin semua laki-laki seperti itu pada awalnya. Tapi ada yang bisa mengendalikannya,  namun ada pula yang sudah ketentuannya harus mendapat lebih dari satu.

Tapi tuan,  hidup itu sekali,  mati pun sekali,  dan bagiku jatuh cinta pun juga cuma sekali. Sekali,  tapi sekali yang berarti. Sekali yang tidak menyakitkan saat dikenang nanti.

Pergilah,  tak apa. Terimakasih kasih atas perlakuan manis mu selama ini. Aku merasa sangat spesial dan tersanjung. Meski akhirnya aku tau,  kau juga melakukannya pada wanita-wanita beruntung lain. Fakta itu.. Fakta yang membuatku sulit tidur, sulit makan dan sulit berkomunikasi denganmu belakangan ini. Maafkan aku. Ternyata ini mengganggu sekali. Menyakitkan sekali. Tapi,  sekarang semua tidak apa-apa. Temuilah mereka, tapi diantara mereka mungkin ada yang menyebalkan seperti aku. Ingin sekali diperlakukan spesial. Hah,  dasar wanita.

Baiklah,  setelah ini,  kau boleh tidak menemuiku lagi. Aku baik-baik saja. Dunia baik-baik saja. Aku yakinkan kau juga akan baik-baik saja. Jaga dirimu, jaga perasaan mereka. Beberapa, mungkin mengorbankan hari-hari penting mereka demi berjalan bersamamu. Jangan sia-sia kan waktu dan perasaan mereka" tanpa sadar bulir bening itu telah membasahi hingga dagu sang nona. Menitik-nitik di aspal.

"Jangan biarkan mereka luka seperti aku"

Lalu nona berlalu. Sebelum sepatah katapun muncul darinya. Tuan yang kini mematung. Menyaksikan seseorang yang beberapa detik lalu hujan air mata  dihadapannya.

Komentar