'Ap Chagi' Ketaqwaan

 taekwondo terakhir di RK

Kita tau, hidup ini sesungguhnya tak pernah jauh-jauh dari : aksi-reaksi, stimulus-respon, sebab-akibat, tindakan dan konsekuensi. Tapi, tau tidak sama dengan mau. Ada yang tidak tau dan jadinya tidak mau. Ada juga yang mau, tapi tidak tau. Nah, ada pula yang tau, tapi dia tidak mau. Dan ya, yang terakhir, yang biasanya paling menguji kesabaran.


Kita tau api itu panas dan membakar.

Kita tau jatuh itu tidak enak,
Kita tau, bahwa sebenarnya pengetahuan itu mampu bikin kita selamat, tidak terbakar, tidak terjatuh.

Lalu kita menyalahkan lapangan yang kadung membara, hangus oleh api api yang membakar. Lantas sibuk mencari-cari pelaku. Padahal tau, tidak ada yang lebih pantas disebut pelaku selain kita, kita yang bermain api.

Kita terbakar seraya bermain api, kotor sedang bermain tanah, jatuh sebab berlari-lari di lantai yang licin. Kita tau bahwa tanah lapang yang gelap bisa terang dengan kedatangan purnama. Kita tau, lantai yang licin itu meminta orang-orang berhati-hati, bukan berlari-lari demi jadi yang paling cepat sampai. Kita tau, hari-hari baik, takdir-takdir baik pasti datang pada waktu yang tepat, tapi kita tidak mau, tidak sabar menunggu.
Itulah yang membuat kita (manusia) itu lucu, sebab kita banyak tau, tapi tidak selalu mau. Tidak masalah, sebab fakta itu memberi kita sebuah pemahaman yang baru. Tentang kita yang jadinya harus selalu berjalan bersama kawan-kawan yang mau, mau mengingatkan, mau kembali datang dan memberi penguatan.


Kini, berjanjilah, saat salah satu dari kita mulai bermain-main api di tanah tandus yang rentan terbakar, saat seorang diantara kita tergolek tak berdaya menatapi luka-luka sisa berlari di lantai licin tempo hari. Sebagai seorang kawan yang berikrar akan menemani hingga (surga) nanti, kita tau yang harusnya kita lakukan saat itu adalah : Memberikan 'ap chagi' Ketaqwaan~


Seperti nasehat abi
@bachtiarfirdaus

(Sekarang, kita sudah tau, dan semoga saja perlahan-lahan mulai mau)

Komentar