Panggilan dari Langit


MaknaLibur #4
Hari Selasa yang sibuk, 11 Juni 2019.

Masih pagi. Angin semilir memasuki sepetak ruang diujung rumah yang jika jadi seorang manusia, telah bisa disebut remaja. Disusul sebuah pengumuman yang nyaring dari masjid ujung kelurahan.
“Innalilahi, wainnailaihi Rajiun, Sesungguhnya kita ini milik Allah, dan akan kembali kepada Allah, Telah berpulang ke Rahmatullah…..”

Meski tidak mengenali sosok dalam pengumuman, perkataan garin masjid itu agaknya menjadi suatu alaram pagi yang wajib saat ini. Setelah adzan-adzan yang merdu, seusai suara imam dan sholat shubuh yang syahdu, lalu ini. Pengumuman kepulangan seseorang menuju penciptanya. Rutin. Selalu ada setiap paginya.

Bulan syawal yang unik. Selain banyak undangan menyesaki padatnya jadwal, banyak pula yang nyatanya berpulang, meninggalkan dunia untuk alasan-alasan yang tidak pernah sepele. Meski sesuatu terdengar biasa, tapi saat datang sepaket dengan panggilan langit, maka ia tidak lagi pernah sama. Sakit perut dipagi hari, tersedak, terpeleset di kamar mandi, tertidur pulas di malam hari dan alasan sederhana lain buat pergi meninggalkan dunia selama-lamanya. Ya, akhirnya, tidak ada alasan yang mau menunggu untuk menemui pencipta, sekali saatnya datang, sekali momen itu tidak akan ditunda, tidak barang satu detik saja.

Maka, tidaklah rahasia jika hidup memang bersedia meninggalkan siapa-siapa yang mengabaikannya. Hadirnya yang hanya sekali memberikan setiap manusia pilihan, akan dijadikan apa ia yang tak datang pada setiap makhluk ini. Kesempatan yang disikapi berbeda, dimaknai secara tidak sama.
Meski, lumrah bagi kita melupakannya, bahwa dalam riuhnya kehidupan yang sering seolah memaksa berhenti, ada : Sebab-sebab penciptaan yang tidak main-main. Setiap orang dengan setiap peran yang telah digariskan. Tidak sama dalam mengawali, tidak juga saat mengakhiri.
Tidak taulah kapan radar itu menghinggapi atap rumah kita, yang jelas, kehadirannya pasti.


Sekalipun pahit ia dijalani. Hidup masih berharga, sebab hadirnya yang hanya sekali.
-Pakaian kita belum kering. Radar dari langit masih tertahan di awan. Mari bekerja.

Komentar