Yang Tersembunyi dari : Pulang

Hujan besar, 18 Mei 2020


Sebagai anak indie amatir yang selalu terlambat mengenal trend lagu indie terbaru, sekali-kali boleh lah kita bahas lagu indie yang membuat aroma hujan hari ini terasosiasi kuat dengan duduk yang syahdu di jendela sebuah rumah di lampung Januari lalu (yang juga berteman rintik rindu).

Please welcome : Pulang by float (yang terputar bin tengiang begitu saja karena ada di playlist faza yang terhubung dengan speaker umat sepanjang guim 9).

Setelah menjadikan Pulang dan evaluasi sebagai lagu wajib sepanjang kereta pasar senen-jogja, rasanya ada sesuatu yang lain di lirik lagu ini. Sesuatu yang tersirat. Terlampau tersembunyi.

Oke mari kita khuphas menurut sudut pandang penulis yang otaknya sedang ingin mengerjakan apapun selain kewajiban utamanya wkwk. Sekalian biar gak lupa kalau dia pernah menjadi se-intuitive (aka absurd) ini menerjemahkan sebuah lagu dengan penuh kekhidmatan.

Lirik lagu Pulang (oleh Float)

Dan lalu, 
rasa itu tak mungkin lagi kini
tersimpan di hati
Bawa aku pulang (rindu)
bersamamu


Dan lalu,
Air mata tak mungkin lagi kini
Bicara tentang rasa
Bawa aku pulang (rindu) segera

Jelajahi waktu
Ketempat berteduh hati kala biru


Dan lalu
Sekitarku tak mungkin lagi kini
Meringankan lara
Bawa aku pulang (rindu)
Segera..

(musik)

Dan lalu
oh langkahku tak lagi jauh kini
Memudar biruku
Jangan lagi pulang
Jangan lagi datang
Jangan lagi pulang, rindu
Pergi jauh..

Dan lalu..

Dan lalu..

Dan lalu.. 


Selintas diawal, lagu ini terdengar syahdu menggambarkan keinginan seorang manusia untuk pulang, tidak mampu mengisahkan rasa dan semua yang membuatnya ingin berlari pergi menemui tempat berteduh, sesuatu yang selalu membuatnya dibayangi kerinduan mendalam.

Tapi, kalau kita lihat, setelah musik yang agak panjang dipertengahan lagu, seolah lirik berikutnya berlaku kontradiktif dengan mengatakan jangan lagi pulang, jalangan lagi datang, jangan lagi pulang : rindu. Pergi jauh..

Agaknya, pada lirik awal ia merasa tidak ada yang lain yang bisa membantunya selain menemui semua nuansa, semua hangat dan semua rindu yang selama ini selalu menemaninya mengarungi hari. Namun, di lirik akhir, ia seperti tersadar, bahwa semua kerinduan itulah yang nyatanya menghalangi langkahnya, yang menyebabkannya tersenggal, terjatuh kala mencoba berjalan lebih jauh,

Maka ia putuskan untuk mengusir semua rindu. Semua rindu agar tak lagi pulang padanya, semua rindu yang melemahkan-memudarkan warna dirinya, semua rindu yang membayangi serta menghalangi setiap langkahnya kemana saja pergi.

"Dan lalu..dan lalu... dan lalu"
Lalu, kembali ia pada semua yang tak mampu diceritakan, setelah i memaksa pergi segala rindu.



Ya, enyahlah rindu, meski setelah itu kita akan berteman dengan "tidak tau".


dan pulang yang tidak selalu berarti rumah di kampung halaman, melainkan bersama yang kita nyaman membuang semua rindu yang melemahkan, semua rindu yang tak perlu

Komentar