Pilihan Merantau
Bagaimanalah, pilihan selalu hadir beserta konsekuensi yang menyertainya.
Pilihan merantau dan meninggalkan kampung halaman sejuk di kota kecil di sana.
Pilihan merantau dan terjauh dari rumah dinas kecil yang kelewat banyak kenangannya.
Pilihan merantau dan keterpaksaan makan makanan manis yang bikin lidah mau tidak mau terhabituasi.
Pilihan merantau dan keharusan menerima segala kebaruan yang tetap saja bikin kepala nyutnyut-tan.
Pilihan merantau dan ketidakberdayaan ketika melihat adik
yang semula kecil berubah jadi remaja nanggung yang tinggi menjulang,
memiliki suara yang khas dan mulai sedikit bicara.
Adik kecil uni yang menggemaskan.
Amar kecil kak Yan yang suka diajak jalan-jalan.
Amar yang selalu marah kalau namanya diganti jadi Zidan.
Dunia cepat berubah,
kayak Amar,
kayak Amar,
Amar yang makin hari makin ganteng, makin bijak (karena makin pendiam) , makin santun, makin bikin kangen.
"Oiya meskipun waktu itu gagal, besok kita nerbangin
layangan lagi yok di lapangan bawah? Kali aja sekarang berhasil, kan
Amar dah tinggi..
Eh, atau main ke TK juga boleh, janji deh nanti kak Yan
yang ayunin ayunannya. Iya iya, insyaAllah hati-hati, biar kepala Amar
gak berdarah kayak waktu itu, haha"
"Mar, jadi kenapa merek Mastin lebih bagus dari pada Garcia?"
(karena mastin GOOD, garcia mah sekali lagi doang wkwkwk)
and if u forget how much you really mean to me, everiday i will, remind you- |
Dari Hati terdalam,
buat adik kecil yang apa boleh dikata sekarang udah gak kecil lagi.
Komentar
Posting Komentar