Panggil saja, Ranting.

Panggil saja, Ranting

Pagi ini segenap tanda tanya dan hal-hal yang begitu sulit dibahasakan.
Terlalu banyak berasumsi, berfikir yang tidak terjadi dan apa saja itu tentang sulit memulai.
Tulis, namun lebih banyak yang terhapus.
Melompati kanvas demi kanvas berharap menyisakan warna untuk ditinggalkan.
Menunda, dan beralih ke topik lain tanpa maksud,
hah, banyak alasan kamu!

Ia hanya tidak ingin menua dan rapuh tanpa daun tumbuh didekatnya,
Tapi kadang terlalu muluk, hingga ia menggugurkan daun yang semestinya tumbuh subur.
Ingin belajar dari musim-musim kemarin,
Semoga cahaya matahari kali ini mampu ia manfaatkan,
Sebelum senja, dan malam datang lagi.

Ia bukan penumbuh daun,
Sehingga tak pantas disanjung musafir yang berteduh kepanasan,
Tentu saja, batang, akar, udara karbon dan cahaya matahari lebih berperan dan berwenang akan sanjungan itu,
Terutama Yang Diatas dari mereka semua.
Ia hanya, penghubung zat hara dengan daun,
Hanya kadang diberi kesempatan untuk melihat awan dan bangunan megah lebih dekat,
perantara antara akar dan anak daun yang masih kecil-kecil.

Ia hanya,
Panggil saja, Ranting.
Ranting :  November, 2014 (DFT)
Ini belum selesai,
Semoga saja segera benar-benar dimulai (lagi).

Bismillah,
Izinkan Ranting bercerita tentang  : rumah berisi mutiara (#DiariRK), atap biru muda nun misterius (#PsikologiUI), dan pemaknaan untuk perjalanan ini (#CeritaRanting).
Semoga ada semut kecil atau sekedar laron-laron pencari lampu jalan yang terdampak olehnya, amin.

Kamis, Suatu hari dipenghujung Rabi'ul Awwal 1438 H
Mushola Asrama Tiara Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta.

DFT-Kali ini  bukan challange
 karena sepertinya benar-benar gak pulang :"D







Komentar