Menyampaikan Rasa dengan Rasa
MaknaLibur #3
Mendekati hari yang Fitri, 1440 H.
Momen lebaran seringkali membuat dagdigdug beberapa orang yang menempati status sosial tertentu. Mulai dari mahasiswa, anak rantau, anak rantau yang menjadi mahasiswa (wkwk) dsb, serta tidak ketinggalan ia si “anak gadis”. Anak perempuan yang sebenarnya bukan anak-anak lagi ini secara sosial dituntun untuk merasakan dan menjalani masa penempaan sebelum berubah status menjadi “gadis dewasa”. Yak, suku Minang sebagai suku yang menganut sistem matrilineal tidak ketinggalan memberikan suguhan-suguhan bak tugas ospek bagi siapa saja yang menempati status ini : Anak Gadis.
Mendekati hari yang Fitri, 1440 H.
Momen lebaran seringkali membuat dagdigdug beberapa orang yang menempati status sosial tertentu. Mulai dari mahasiswa, anak rantau, anak rantau yang menjadi mahasiswa (wkwk) dsb, serta tidak ketinggalan ia si “anak gadis”. Anak perempuan yang sebenarnya bukan anak-anak lagi ini secara sosial dituntun untuk merasakan dan menjalani masa penempaan sebelum berubah status menjadi “gadis dewasa”. Yak, suku Minang sebagai suku yang menganut sistem matrilineal tidak ketinggalan memberikan suguhan-suguhan bak tugas ospek bagi siapa saja yang menempati status ini : Anak Gadis.
Tak lain, mengingat besarnya amanah
yang akan dijalankan seorang perempuan, dalam sistem adat di Minangkabau.
(napa bahasanya kayak latar belakang gini dah _-)(mungkin
karena yang nulis ingin segera menyusun latar belakangnya huehue, amin)
Menurut pemikiran dangkal penulis, ada beberapa alasan
mengapa skil memasak menjadi begitu penting untuk seorang anak gadis:
1. Biar punya jawaban jujur kalau dibilang “Dasar, bisanya makan doang”. Nah, dengan bisa memasak kita bisa membalas “ENAK AJA KETUPAT SAYUR, KAN GUE YANG MASAK ELU” (lha ngomong ama ketupat sayur, “Haloo rumah sakit sumber waras?”)
2. Biar kalau ngobrol ama ibu ibu dapur nyambung. “Iya yah ini tuh asam jawanya bikin enak banget deh bu” (tersedak), “Yaampun asam jawa, kirain dendeng, pantes sepet hehe”
3. Biar kalau ketemu camer, bisa pencitraan. “Wha hebat yaa
bisa masak” (dalam hati “Iya tante, hehe, saya sebenarnya lebih hebat fotoin
sih hehe *keringet dingin)
4. Biar bisa meracuni dosen kalau jadwal sidangnya diundur
terus (ciee, emang dosen yang mau ngebimbing udah ada? *nangis jeritjerit)
5. Dan yang terpenting, kalau hasil ikut kelas memasak di FUSI
Psikologi dan penghayatan menjadi gadis minang yang udah merantau
bertahun-tahun, memasak itu sebuah cara untuk menyampaikan rasa.
Masakan bisa
menyampaikan rasa terimakasih. Makanan bisa merangkul, ikut mengatakan turut berbela
sungkawa. Makanan bisa mengisyaratkan rindu, dan juga membahasakan “Cinta”.
Karena dalam memasak ada belajar, ada mencoba, ada memperbaiki yang dirasa
kurang, ada berkorban, ada kesabaran dalam menunggu, ada keinginan memberikan
yang terbaik.
Karena anak gadis Minang mesti belajar, bahwa ada proses dalam
menyampaikan rasa.
Karena perempuan memiliki keistimewaan, yaitu mampu
menyampaikan rasa : dengan rasa.
Memasak rendang yang pernuh aer keringat, aer iler dan aer aer lainnya |
Komentar
Posting Komentar