Dua Insting
Selamat ulang bulan dude!
Yeah, tulisan ini hanya bermotif mengarsipkan bin memamerkan (kepada diri sendiri) sebuah sertifikat yang didapatkan setelah berjuang mengalahkan setan mager lockdown, keisengan ponakan, dan dampak-dampak gejolak emosi berlebih setelah mengikuti 4 hari kelas yang mayoritas diisi mak-mak dan bapak-bapak galau (karena tingkah laku anak dan pasangannya)
dan taraaaaa.....
unchh, you're amazing dude! |
Jadi inget salah satu materi dari kak Hilman yang bilang sejak lahir manusia punya dua insting, pertama inting menemukan ASI (sumber makanannya) dan kedua insting belajar.
Yak, dengan begitu belajar sebenarnya ga perlu dibubuhi kata sifat suka, enggak suka, rajin, malas dan sebagainya. Karena sejatinya manusia hidup sudah membawa insting dan kebutuhan akan belajar itu senditi. Sehinggaaa, kalau ada orang yang kelihatan belajarnya malas (kata sifat), pasti karena ada faktor lain. Entah dia lebih cocok dengan metode lain, lagi ada ketertarikan atau masalah sehingga butuh materi lain yang mungkin lebih aplikatif dan sesuai sama keadaannya, atau mungkin yang nyampeinnya lagi bawa emosi negatif sehingga waktu nyampein kurang sampai ke hati dan pikiran.
Aah, benerr juga, baiknya seorang guru emang dikasi waktu semedi yang banyak dulu biar membersihkan toxic-toxic dirinya, biar nanti pas menyampaikan bisa lebih kena. Karena gak bisa dipungkiri pemateri yang ngisi kelas online ini, seperti punya daya magis sendiri semacam "udah selesai sama dirinya", kayak udah lebih memahami dirinya sendiri (luka-lukanya, lebih kurangnya dll), yang membuat orang bisa memahami apa yang coba dia sampaikan.
Mungkin dimasa depan, orang yang mau jadi guru harus dikasi treatment khusus supaya mereka mampu memahami diri sendiri, sebelum memahami orang lain. Ya, semoga. Kita memang tidak boleh merasa cukup dalam berinvestasi pada pendidikan. Agar insting belajar umat manusia senantiasa membawa mereka ke ketenangan jiwa dan keindahan akhlak mulia.
One day, amin.
Komentar
Posting Komentar