Ketika Om Heraclitus Ngambek

Suatu hari di kelas Sejarah Aliran Psikologi...

Dengerin petuahnya om Heraclitus makanya, biar dia ga ngambek lagi.


Tidak terasa sudah hampir 2 tahun lamanya, sebuah kelas berisi maba-maba gemay yang tidak ingin melewatkan mata kuliah yang desas-desus kekejamannya sudah terdengar bahkan saat masa orientasi. Kelas itu bernama SAP (Sejarah Aliran Psikologi). Sebuah kelas dimana kita akan menemui beberapa tokoh asing yang ketika SMA nama mereka tidak hits sama sekali, ditambah beragam pandangan mereka yang tidak jarang membuat mahasiswa garuk-garuk kepala. Satu bab berisi tidak kurang dari 48 slide, dimana harus ada 2 sampai 3 bab yang diselesaikan dalam sesi tak kurang 2,5 jam saja, ditambah tugas analisis yang akhirnya bermuara pada ujian essay yang katanya sukses membuat banyak kakak tingkat harus rela mengulang bersama maba tahun berikutnya. Itulah SAP, yang gosipnya menjadi kutukan awal bagi mahasiswa jurusan Psikologi tahun pertama.

Segala gonjang-ganjing tentang SAP tak ayal berhasil menorehkan perasaan takut pada maba, terbukti dari sebegitu seringnya ungkapan ini terdengar "Gue SAP lulus aja cukup kayaknya deh", "Duh takut banget, katanya nilainya susah, pelajarannya susah", "Eh ujiannya essay masa, gimana yaa", hasilnya, perasaan takut itu muncul dan menghantui maba bahkan ketika kelas belum dimulai.

Beruntungnya, saat masa prosesi, sebelum dapat pergi ke kampus tanpa jaket almamater, pertemuan dengan seorang kakak tingkat karena tugas interview yang diberikan telah memberikan suatu pandangan baru, ia bilang "jangan percaya apapun yang dibilangin orang lain, dari siapapun, sampai kamu ngerasain sendiri dan dengan itu kamu bisa memberi penilaian sendiri". Salah satu konteks yang disinggung ialah tentang gosip-gosip matkul dan dosen, plus pola-pola pertemanan yang katanya syarat pengelompokan.

Meskipun nilai matkul ajaib ini gak terlalu bagus, tapi yang nulis tulisan ini cukup senang, setidaknya dapat melakukan suatu hal tanpa dihantui kecemasan yang membuat kelas serasa beban dan menikmatinya menjadi ketidakwajaran tidak perlu repot-repot dirasakan. Walaupun, ketahanan agar mata tetap terbuka, telingat tetap terjaga serta mengingat semua materi dalam kepala memang hal yang tidak mudah dilakukan. Well ya, terimakasih  kepada kak Karina yang kini telah menyandang gelar S.Psi nya.

Poin penting disini adalah, betapa pentingnya peran penghuni lama, dalam hal ini kakak tingkat dalam menyuplai pemahaman yang tepat kepada para penghuni baru (maba) nantinya, tentang apa-apa saja yang akan mereka hadapi kedepannya. Jika boleh, alangkah lebih baik jika kita jangan terlalu banyak memberi informasi yang bersumber dari penilaian pribadi. Karena tentunya, hal tersebut sangat dipengaruhi bias dari pengalaman pribadi sang kating yang bisa saja tidak terjadi atau dimaknai berbeda jika terjadi pada diri maba itu nanti. Biarkan mereka menemukan sendiri, menikmati setiap proses dan memaknai setiap hal dengan cara mereka sendiri. Izinkan mereka belajar dari jatuh dan banguh yang mereka rintis sendiri,  seperti kata Aristotle's "we are only able to establish the mean by experimental trial and error".

Karena sejatinya, mereka dan kita sekalipun tidak akan pernah bisa mengulang keadaan yang sama seperti yang diberikan di kali pertama, mata kuliah yang sama dikali kedua tentu berbeda rasanya, jurusan yang sama di pengulangan brikutnya tentu beda teman dan kisahnya, semua berubah tanpa menyisakan satu pun hal yang sama. Maka satu-satunya cara menyiasati itu semua adalah dengan 'hidup untuk hari ini', memaksimalkan setiap momen dan kesempatan yang tersedia, termasuk kesempatan untuk dapat duduk di kelas dengan tidak membawa ketakutan yang sama dengan yang dimiliki katingnya dahulu.

"Mustahil seseorang akan melewati sungai yang sama dua kali" merupakan quotes antik dari Heraclitus, salah satu tokoh di matkul tercinta ini. Meskipun itu sungai yang sama, aliran airnya saat dimasuki lagi tentu sudah berbeda, keadaan manusianya saat memasuki sungai tersebut kembali pun pasti juga tidak sama.

Jadi, kepada para penghuni lama, mari izinkan mereka para penghuni baru membuat cerita mereka sendiri dengan berhenti mendoktrin mereka dengan doktrin yang sama yang dulu kita juga dapatkan. Izinkan mereka mendapat informasi yang objektif tentang setiap hal yang mereka ingin ketahui, walaupun terhindar dari bias memang bukanlah perkara mudah.

Siapa tau, mata kuliah yang tidak henti-hentinya berkaitan ke mata kuliah di semester berikut dan berikutnya ini, malah jadi mata kuliah favorit bagi angkatan tahun ini?
Siapa tau (?)

Komentar