Teori 'Delay of Gratification' & Konsep Menunda dalam Islam
picture from : http://www.taranatureepa.co.id/tips-kesehatan/makan-penambah-stamina-bulan-puasa |
"Yang
Ditunda, Yang Islam Suka”
“Ya Salam, ini es buah nya menggoda
banget” “ Allahurabii, es kelapa muda nya kok seger gitu ya keliatannya” “Ondeh
mandeeh cincauu” “Ya Allah haus, aku gak kuat, aku buka sekarang aja apa ya?”
Apakah Ms X akan
memilih untuk minum es cincau? Atau apakah ia akan menunda hingga waktu bedug
tiba?
Penelitian yang dilakukan di
Universitas Colombia ini melibatkan tak kurang dari 653 anak berusia 4-5 tahun.
Setiap anak akan diberikan satu marshmallow,
dan akan mendapat tambahan satu marshmallow
lagi, hanya jika ia berhasil menunggu penguji yang akan datang dalam 15 menit
kedepan tanpa memakan marshmallow
yang ada dihadapannya. Waktu 15 menit dipilih karena Mischel memahami, bahwa bagi
anak-anak waktu 15 menit bukanlah waktu yang singkat, terlebih mereka disuruh
menunggu bersama makanan yang paling mereka sukai. Uniknya, hasil penelitian
ini dilihat bukan saat itu, melainkan beberapa tahun kemudian, saat anak sudah
beranjak dewasa . Hasilnya mengagumkan, Mischel menemukan korelasi yang kuat
antara kemampuan menahan diri (atau menunda kepuasan) dengan masa depan yang
lebih baik, dimana anak yang berhasil menunda memakan marshmallow yang ada dihadapannya terbukti lebih sukses di masa
depan mereka, karena kontrol diri yang baik yang mereka miliki (Mischel, 2003).
Sesungguhnya, jika kita telaah lebih
dalam, konsep delay of gratification ini
sangat berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut dalam agama islam, yang
diimplementasikan dalam berbagai ibadah ritual umat muslim, yang salah satunya
ialah Puasa. Seseorang yang berpuasa akan menahan haus dan lapar dari waktu
subuh hingga maghrib datang, tidak hanya itu mereka yang berpuasa juga dituntut
untuk dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa
tersebut. Kita boleh saja memilih untuk makan, minum, dan mengerjakan hal-hal
yang dapat merusak ibadah puasa tanpa seorang pun mengetahui, namun dengan
konsekuensi berupa alfanya kita dari merasakan nikmatnya berbuka puasa, yang
menjadi satu diantara 2 kebahagiaan orang yang berpuasa. Sebagaimana dalam hadis qudsi Allah Ta’ala
berfirman, “Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan;
kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.”
(muttafaq ‘alaihi). Rasa puas
karena mampu menahan diri hingga dapat berbuka dengan nikmat, merupakan buah
dari kesenangan yang kita tunda saat lapar dan haus melanda di siang hari.
Lebih
jauh lagi, Islam sejatinya telah mendeklarasikan ‘penundaan kebahagiaan yang
sementara’ sebagai inti dari ajarannya. Konsep “Hari Akhir” adalah salah satu
yang paling utama. Dalam banyak ayat di dalam Alquran telah disebutkan, bahwa
sesungguhnya kehidupan manusia di alam dunia itu ialah sementara, maka dari itu
hendaklah mereka berhati-hati dan mampu menahan diri dari perilaku-perilaku
yang akan membuat mereka mendapat azab dan gagal memperoleh surga-Nya kelak di
hari akhir. Islam meyakinkan setiap umatnya untuk tidak berlebih-lebihan dalam
urusan dunia, karena kebahagiaan yang sesungguhnya itu ialah nanti, di alam
akhirat.
Oleh
karena itu, bolehlah kiranya, di momen Ramadhan yang tak lama lagi akan pergi
ini, kita sama-sama memaksimalkan untuk terutama melatih kemempuan delay of gratification agar dapat
menghadapi 11 bulan kedepan, yang mungkin akan dipenuhi oleh kejutan-kejutan
yang menuntut kontrol diri yang tinggi dalam menghadapinya. Rasa malas untuk
beribadah, agenda bukber yang tak jarang membuat sholat tarawih tereliminasi
ataupun rasa kantuk yang acap kali menggagalkan niat bangun di sepertiga malam
agaknya dapat menjadi hal-hal yang kita tunda terlebih dahulu demi mendapatkan
kemenangan yang lebih hakiki diakhir Ramadhan nanti. Semoga kita termasuk
orang-orang yang dapat menunda kebahagiaan sesaat, untuk mendapat kebahagiaan
yang lebih kekal nantinya.
Epilog : “Ini teh jadi gak
neng es cincau nya?”, “Eh maaf bang, gajadi, nanti aja deh kayaknya, waktu udah
deket mau buka”, begitulah akhirnya Ms X mengurungkan niatnya untuk membatalkan
puasanya dengan es cincau di siang yang terik itu.
Hai kaumku, sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat
itulah negeri yang kekal. (QS Al-Ghafir
40:39)
Sumber:
https://muslim.or.id/9819-dua-kebahagiaan-bagi-orang-yang-berpuasa.html. Diakses 16 Juni 2017
Mischel, W., Ayduk, O., & Mendoza-Denton, R. (2003). Sustaining delay of gratification over time: A hot-cool systems perspective.
Mischel, W., Ayduk, O., & Mendoza-Denton, R. (2003). Sustaining delay of gratification over time: A hot-cool systems perspective.
(Repost Tulisan untuk KOPI RAMADHAN SALAM UI 20)
Komentar
Posting Komentar