Orang-orang yang bersyarat (itu kita)

Penghujung Mei yang menawan, 30 Mei 2020


Setelah percakapan super mengharukan beberapa detik lalu

Umi : "Umi gak suka abang gangguin kalau lagi bikin tugas, nanti tugasnya gak selesai-selesai" (sambil masang muka kesal)
Abang : "Abis kapan dong selesainya, aku kan pengen main sama Umi" (Frustasi)
Umi : (dalam hati "ya aing juga pengen cepat kelar maneh") "Ya doain dong umi, biar cepat selesai ini tugasnya"
Adek : (tiba-tiba  adek yang lagi main masak-masak sendirian nyeletuk) "Aku udah selesai" (sambil tangannya ditaruh ke wajah, kayak orang habis doa)
Umi : "Adek abis doain umi?"
Adek : "Iya" (lanjut main-main)
Abang : "Yaudah kalau gitu aku berdoa biar umi cepat selesai skripsinya biar bisa main-main sama aku seharian"

Umi : (Terenyuh..)

Yaampun, betapa menyentuhnya apa yang dilakukan bocah-bocah ini barusan (yang kalau mereka mau ego-egoan sebenarnya juga gak apa-apa, karena memang lagi tahap perkembangan itu).
Umi jadi-jadian itupun sekarang terhura mode : On.

Semakin sadar bertapa bersyaratnya manusia itu sebenarnya. Bocah-bocah ini mungkin juga tau, kalaupun umi-nya gak skripsian lagi, belum tentu juga bakal main sama mereka seharian. Tapi yaudah tetap aja didoain. Kalau mau ego-egoan mending mereka berdoa dibeliin mainan baru atau diizinin main hape seharian. Tapi mereka pilih mendoakan uminya yang kalau main seolah pengen cepat-cepat udahan, karena suka batas-batasin waktu. Huhu, sad.


Jadi keingat obrolan sama temen pecinta kucing yang kalau udah sama kucing kayak ngomong sama anak sendiri. Yang bisa ke warung terus balik lagi ke tempat dia liat kucing kelaparan yang sebenarnya jaraknya jauh banget. Yang paling bahagia liat postingan tentang orang yang melakukan hal-hal baik sama binatang. Terus kemarin keluar celetukan :

"Baik sama hewan itu ga ada untungnya, emang hewan bakal kasi apa buat kita setelah kita baikin? Gak ada. Tapi ya, disitu asiknya, karena kita tau hewan itu gak bisa balas kita apa-apa (jadi kebaikannya teruji)"

Lalu seseoang yang mendengarnya diujung channel Hangout bermodal kamera VGA itu terhenyak, "wow, bertapa beruntungnya punya teman dengan pemikiran seperti ini (sama hewan aja akhlaknya manteb, apalagi....)" wkwk. Mungkin itulah yang menjadikan manusia sebenar-benar manusia (paripurna) kali yah : Ingin memberi tanpa harap kembali.


Mirip juga sama cerita teman-teman SMA tanggal 1 Mei lalu, teman yang bersedia menjadi tempat pulang, minjemin uang pas lagi seret, bagi bensin pas lagi langka, luangin waktu tanpa banyak ba-bi-bu ketika galau menghantui, siaga kuping pas lagi ada drama kehidupan, tapi mereka tau semua pekerjaan itu tidak akan dibalas apa-apa, temannya juga suatu hari bakal hidup dan membaktikan diri buat hal lain, tapi tetep aja dikerjain sebatas alasan "Ya senang aja ngelakuinnya".

Iya yah, kita ga harus memiliki dulu ternyata untuk bisa memberi. Ah, kalau udah gini, topik manusia jadi selalu bikin basah hati :").


dari official video lagu membasuh

Jadi ngerti, mungkin selama ini emang diri sendiri yang cintanya paling bersyarat (sehingga susah liat kebaikan dan ketulusan orang-orang baik titipan Allah yang hilir-mudik mengisi ratusan cerita di alur kehidupan ini)

Hasil renungan tadi pagi dibawah langit biru tanpa awan, 30 Mei 2020

Kita adalah orang-orang yang berlalu seperti hantu
hadirnya kadang membuat halu, perginya tak jarang menyisakan ragu

Kita adalah orang-orang yang suka menyalak seperti guguk galak
suaranya membuat pekak
pekaknya membikin sesak

Kita adalah orang-orang yang mendekatinya berarti menjadi pedatinya

Kita adalah orang-orang yang menyayanginya berarti dipenuhi segala inginnya

Kita adalah orang-orang yang demi menengok indah wajahnya dan mendengar merdu suaranya
tergadailah tabungan satu dasawarsa

Kita adalah orang-orang yang meninggalkannya saja butuh usaha
persiapan seribu hari lamanya

Kita adalah orang-orang yang berkata ingin melihat orang lain bahagia
tapi sekalinya ia bicara, kita tidak terima
sekalinya ia menolak dan bilang "tidak" kita lantas mengudara sejadi-jadinya
mengambil semua jatah marah dan kecewa seolah itu milik kita seluruhnya

Kita adalah orang-orang dengan senyum yang mahal
meski dengan itu hidup cukup tanpa nasi dan lauk pauk

Walau sesekali mampu pula kita menjadi orang-orang yang sekedar duduk disebelahnya
hatipun terasa gembira

Menjadi teman yang membuat candu bisa tanpa halu
bebas halu tanpa perlu melihat hantu
melihat hantupun jadi tanpa ragu

Semoga,

Besok-besok kita tidak lagi perlu merasa rugi karena ia yang kita kira kita cintai pergi

Sebab kita telah mengerti

Bahwa cinta, adalah soal memberi


Hingga,

Suatu hari kita bertemu seseorang yang dengannya kita siap memberi tanpa berharap kembali

Yang dengannya kita bersedia memahami tanpa menuntut dimengerti

Yang bersamanya, cintapun bisa terjadi tanpa adanya rasa ingin memiliki.


(All you gonna do is leave it better than you found it- Sunday best ;)

Komentar

  1. Bagus banget, mungkin tanpa syarat itu hidup kita kan sederhana, apa adanya, tapi tetap bahagia dengan syukurnya.

    BalasHapus

Posting Komentar