Tuan dan Nona : "Sajak Luka"

sisa sisa hari yang ramai



"Sedang ia tertunduk meratapi semua luka miliknya"

-Luka tapi tidak berdarah-

 "Konyol sekali ya, baru kemarin aku melihatnya mekar, dibawa kesana kemari sebagai ucapan dan salam perpisahan, acara yang sungguh ramai, tapi lihat,"

 

"Hey hey, apa yang sepagi ini membuatmu begitu kesal nona?" 

 

"Benda ini. Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan orang-orang, memetik untuk kemudian membiarkan mereka membusuk dalam sebuah botol bekas?"

 

"Lalu kenapa? Apa lagi yang bisa kita harapkan dari sekedar bunga?"

 

"Apa maksudmu dengan kata 'sekedar'?"

 

"Ayolah, jangan buat pagi ini meng-abu nona . Bunga itu telah mendapatkan semua kebanggannya, setidaknya ia menjadi barang paling dicari di acara yang kau bilang ramai itu, diberikan kepada orang spesial, dan itu cukup."

 

"Tapi, tidak lantas mengabaikan ia yang sudah kehilangan semua kebanggannya, ya kan? Apa ia hanya ditumbuhkan untuk satu hari, lalu dibiarkan sendiri meratapi kelopak layu dan batang yang tak lagi mampu menopang? Itu tidak terlihat  menyenangkan untuk dijalani..itu,"

 

"Apa, kau mau bilang bahwa itu menyedihkan? Ada banyak hal yang lebih menyedihkan jika kau mau tau"

 

"Hey tuan, mengapa kau jadi mengerikan?"

 

"Mengapa kau terus bertanya?"

 

"Mengapa kau bertanya balik? Mengapa tak menjawabnya saja?"

 

"Kau saja yang jawab sendiri, mengapa aku yang harus menjawab?"

 

(nona berjalan keluar)

 

"hey, hendak kemana kau nona?"

 

"Sepertinya aku lebih baik berbicara dengan cermin atau benda mati saja"

 

"Berbicara atau menangis bersama mereka hah?Lalu meratapi semua luka yang kau miliki ya kan?" 

 

"Tak usah menduga-duga tuan, kau tak cukup tau, maka berhentilah.."

 

"Lagipula manusia memang menyukai ironi nona, itulah mengapa buku Freud sangat laku dijual, ia menjual ironi..Apa yang lebih menyakitkan dari luka yang terlihat, 'adalah luka yang tidak terlihat' benar kan?"

 

"Lalu apa kita hidup sekedar menyaksikan semua luka itu, mengobati nya satu per satu dan terus melakukannya hingga akhir hayat?

 

"Bisa ya bisa tidak. Tergantung yang kau pilih, nona. Menampik rasa takut, luka, kepergian dan perpisahan adalah kebuntuan, meskupun banyak orang memilihnya,

 

"Lalu.."

 

"Lalu,.

 sedang hujan diluar kau mau main hujan sekarang?"

...

 

Suatu hari di delapan Februari, Sajak luka, 

belum usai,



 

 

.































Komentar