Starting the new or continue the existing one?


Setiap kita, mungkin pernah dihadapkan pada pertanyaan klise seperti ini "Memulai yang baru, atau selesaikan apa yang ada di depan mata?". Kasusnya bisa beragam, mulai dari pilihan jurusan/universitas yang mafhum di kalangan mahasiswa, pilihan bertahan atau meninggalkan bagi pasangan yang tengah dirundung ombak rumah tangga, atau sesederhana pilihan lanjutin atau mulai lagi dari awal game ular-ularan di hape nokia lama yang skornya dikit tapi ularnya keburu panjang. Ya, pertanyaan yang klise, karena barangkali memang pernah dihadapi hampir sebagian besar manusia di muka bumi.

Pertanyaan yang sama, bagi yang mengaku memiliki blog ini. Blog yang jika diibaratkan sebagai ruangan mungkin udah memasok banyak sekali debu dan sarang laba-laba di setiap sudutnya. Ditambah perabotan didalamnya yang udah tua bin gak menarik lagi. Alasannya satu, pemiliknya males buat bersihin, yeah dan memang itulah yang terjadi. Pemiliknya boleh aja bersikeras mengatakan ingin memiliki ruangan bagus, ingin pinter nulis biar hidupnya berfaedah, tapi apa boleh buat kemalasan yang berpadu dengan racun prokastinasi (sebuah istilah dalam psikologi yang artinya menunda sesuatu yang lebih penting untuk sesuatu yang tidak terlalu penting) telah menghabat terwujudnya harapan pemilik ruangan, pemilik blog ini.. Ditambah ungkapan bahwa "Ya gimana, ruangannya butuh tenaga ekstra gitu bersihinnya, jadi susahh", "Kalau nulis di laptop itu gangguan nya banyak, ntar buka mozila udah yang lain aja yang dicari, gampangan nulis di caption Instagram (https://www.instagram.com/dianfhaatma/ beberapa tulisan posting disini) atau timeline-nya Line (Line : @dianfhaatmathaib) !" dan boilaa, blog ini pun semakin dekat di ambang kepunahannya. 

Singkatnya, suatu hari sipemilik ruangan berfikir, "apa dirobohin aja ni ruangan, nanti cari ruangan baru, bisa di tata dari awal, bisa pilih cat warna yang bagus sesuai keinginan, yaa bayar mahal dikit ntar gapapalah", "apa di hapus aja di blog ya, ntar bikin lagi yang baru yang bagus, yang berbayar aja sekalian gapapalah". Si pemilik ruangan sampai mendatangi ahli ruangan dan nanya-nanya seputar keruangan alias nanya ke seorang temen yang jago soal blog-blogan. Si ahli ruangan jelasin panjang lebar, kalau mau diriin ruangan baru harus melewati beberapa proses dan bla bla bla, sebuah penjelasan yang cukup sulit dipahami oleh pemilik ruangan. Akhirnya, pemilik ruangan memutuskan untuk mengunjungi ruangannya kembali, berharap keputusannya bisa semakin dikuatkan, bertahan atau meninggalkan. Setelah ia lihat-lihat, pemilik tertawa-tawa melihat beberapa perabot yang mengisi ruangan, bukan karena perabotannya lucu, tapi mengingat bagaimana dulu si pemilik mengisinya , dan memimpikan banyak hal besar lahir dari dalamnya, si pemilik pun terhenti. Ia berfikir, jika ia mulai dari awal, siapa yang bisa menjamin jika ia tak akan mengulangi kesalahan yang sama? Siapa yang bisa menjamin, nanti di ruangan yang baru akan ada perabotan yang lebih bagus yang mengisi? Siapa yang menjamin, bahwa ruangan baru akan membuatnya menyediakan waktu untuk merawatnya? Tidak ada yang menjamin, jika yang dengan yang sudah ada saja ia beum lagi mampu , bagaimana dengan yang belum ada?

Kini, keputusannya sudah bulat, "baiklah, mari kita bersihkan ruangan ini, dan mengembalikan ia pada tujuan awal didirikannya". Menjadi tempat menuagkan insight-insight yang didapat dalam kelas (psikologi) agar tak segera menguap menjadi memori-memori yang sulit diingat, atau menjadi pengingat akan perkara-perkara yang pernah mewarnai indahnya kehidupan yang selalu patut disyukuri, atau sekedar mengisi ruang-ruang pikiran agar ia tak kehilangan fungsi. Semuanya, semoga kelak sang ruangan benar ada manfaatnya, jika tidak untuk mengisi ramainya kebutuhan tempat berteduh di bumi, maka biarlah ia jadi ruangan yang baik yang menghalangi pemilik dari kegiatan mengusik kedamaian orang lain. Seperti puisi karangan pak taufik Ismail " Jika tak mampu jadi pohon besar yang menjadi tempat berteduh bagi pejalan kaki, maka cukuplah jadi jalan setapak, yang membawa orang menuju mata air".


Jadi tentang pertanyaan diatas, kedua pilihan tersebut menurut pemilik ruangan, sama baik, dan sama buruknya. Ya, namun yang pasti, setiap pilihan selalu sepaket dengan konsekuensi yang harus diterima, suka tidak suka, mau tidak mau. Jika boleh menyarankan, dalam menentukan pilihan dari pertanyaan ini, kecuali jika kasusnya pada main game ular tadi, bolehlah kiranya agar tidak terlalu terburu-buru, karena biasanya hal-hal yang menyangkut pertanyaan klise tersebut biasanya memang tidak dapat dikatakan 'enteng' *biasanya. Putuskanlah dengan kepala yang jernih, dan hati yang lapang untuk menerima segala konsekuensi yang menunggu di depan, dan bersyukurlah, setidaknya untuk masih bisa memilih.

Selamat memilih ;).

"Jika kau tak mampu mensyukuri yang sedikit, maka kau pun tak akan mampu mensyukuri yang banyak"-HR Ahmad


Komentar