Desember : Melawan Dunia

Closing BEM UI 2019 yang teduh dan apa adanya


Mungkin, ini adalah bagian super plot twist dari cerita panjang perjalanan gue di BEM UI 2019. Sebagai satu-satunya anak sebuah SMA di Payakumbuh angkatan 2015 yg keterima di UI dan lewat jalur undangan pula, jadilah setiap lewatin UI Wood atau lagi nyanyi di Balairung pas maba gue selalu liat makara UI sambil bilang "Gue janji bakal bikin lo bahagia pernah nerima gue".

Suatu hari setelah nyerahin lpj ENJ UI 2018 (dimana waktu itu gue udh semester 7 dan mikir itu yg terakhir sebelum aksi guim di Januari), gue berhenti sejenak mandangin danau dekat pusgiwa dan keinget janji itu lagi, dalam hati "UI, lu udah bahagia belom, nerima gue?". Kalau orang bilang peak moment mereka pas naik gunung atau apa, mungkin sore itu adalah salah satu peak moment gue. Seolah gue merasakan semua angin, air danau dan cahaya matahari lagi tersenyum, sore itu, rasanya ada air sejuk ngalir di hati, dan bisikan lembut yg tiba tiba muncul di hati dan pikiran "Dian, disini ya, satu kali lagi".

Moment sore itu bikin gue mikir, selama ini rasanya gue lebih banyak jadi orang depan layar dari kegiatan2 pengmas yg pernah gue ikuti, dan itu beneran candu. Gue menemukan titiknya, gue harus mencari tempat dimana gue bisa ikut bekerja merancang kegiatan2 pengmas yg menyenangkan saat dikenang orang-orangnya (seperti yg pernah gue rasakan). Dan, BEM UI adalah salah satu tempat yg gue lihat memproduksi kegiatan2 tersebut.

Sejak maba gue ga pernah mau ikut organisasi formal macem bem ui, pertama karena gue ga mau mengganti pengalaman manis gue di osis waktu SMA, kedua karena gue tau gue ga suka tradisi dan birokrasi. Mental mental pemberontak macem gue, apa cocok jadi anak organisasi? Tapi, membaca lagi tulisan gue tentang stereotipe (yang cukup bikin eboh) sebelumnya, gue jadi mikir mungkin #inilahsaatnya gue menguji asumsi itu. Kalau bisa aja bem ui gak kayak yang gue pikirkan. Semua mungkin beda kalau gue berinteraksi lebih banyak.

Gue menyampaikan kegundahan itu ke beberapa teman yg gue percaya, waktu pertanyaannya simpel "gue kayaknya pengen ke BEM UI dulu deh, sebelum lulus, gimana ya?". Di awal jujur gue cuma kepikiran buat jadi staf, asli mungkin ga ada yang percaya, sampai temen gue bilang "lu zholim namanya kalau jadi staf" (tenang aja ini yg ngomong bukan teman LD atau semacamnya, tp temanteman nakhal yg bikin gue juga terkesima karena dia ngomong begitu).

Gue sempet diajakin seseorang juga buat jadi bph, namun banyak hal terjadi, sampai Manik-Fadli kepilih (asli gue dulu ga ada masalah siapapun yg kepilih, niat gue udah bulat buat bem ui). Di malam yang nekad, gue chat Manik, gue bilang pengen ketemu. Di dukung oleh buku "what I wish I knew when I was 20" yang lagi gue baca, dimana sepanjang buku si Tina bilang "kalau gue balik lagi ke umur 20, hal pertama yang gue lakuin adalah berhenti menunggu dunia memberi persetujuan tentang yang harusnya dan baiknya gue lakuin, yang bener aja, dunia ini bukan gladi bersih!". Dan, siapapun yang baca tulisan ini akan dengan mudah menebak, "iya" gue mempercayakan diri gue untuk posisi itu sebelum siapapun, gue melamar posisi Koordinator Bidang Sosial Lingkungan itu dengan kesadaran penuh langsung ke Manik. Waktu itu gue sampe bawa ppt, dan bilang ke Manik "Lu gak harus milih gue, lu battle aja gue sama calon yang udh lu pikirin". Diakhir, gue bilang ke Manik "Gue gak janji gue gak akan bikin salah, gue pasti melakukan kesalahan karena gue akan belajar sambil melakukan, tapi gue janji gue akan kerja pakai hati gue".

Tanggal 31 Desember 2018, Manik nelpon dan menawarkan balik posisi itu ke gue. Malam itu, beberapa hipotesis teruji. Pertama dunia ini gak bisa baca pikiran 2 miliar orang di dalamnya, cuma dengan bilang apa yang kita mau, kita bisa dapat apa yang kita mau. Dua,   gue semakin yakin kalau kita gak perlu menunggu approval orang lain untuk mulai melakukan sesuatu yang kita yakin kita bisa. Ayolah, orang lain gak tau siapa kita, apa yang kita punya, orang lain itu bukan kita.

Dan, inilah gue sekarang, Dian Fhaatma Thaib anak manusia yang lahir hari Jumat dan berharap menyudahi hidupnya juga di hari Jumat, seorang korbid sosling (umi jadi jadian) yang gak pernah jadi anak BEM sebelumnya, bukan anak raja atau orang kerajaan, bukan pengusaha sukses banyak harta jadi bisa biayain proker bem atau implementasiin pengalaman kerennya. Cuma Dian, orang biasa yang berusaha yakin lunasin janjinya, berusaha bersyukur atas apa yang udah dia dapatkan selama ini.

Perjalanan yang bukan tanpa kerikil (kalau gak boleh dibilang batu besar). Dimulai dari drama korbid yang lagi jadi pengajar guim, kena sinis dan nyinyir, diremehin, dikira titipan sebuah golongan, harus belajar extra tentang dunia BEM UI, sosmas dan isu lingkungan hidup, duduk FPT puluhan jam yang bikin pegen lompat dari pusgiwa, harus bergulat dengan dilema bin rasa bersalah tentang "orang lain mulu yang diurusin, keluarga di kapan?" (dan fakta di usia segini  drama perkeluargaan ini paling mengusik jiwa), susah ketemu temen seperjuangan di angkatan yg udh lulus duluan, diceramahin dosbing, ditinggalin ambil data sama teman2 payung, belum lagi gejolak isu perkembangan intimacy vs issolation (kesepian dan kadang buchen), dan semua yang Alhamdulillah jadi lebih menyenangkan diceritakan saat sudah terlewati dengan kekuatan semesta yang katanya gak pernah bermain dadu dengan alam.

Gue sekarang punya nama untuk bisikan yang tadi gue ceritain, namanya "panggilan hati" yang kek apapun dirasionalkan dan dijelaskan tetap aja ga rasional dan ga bakal bikin orang ngerti wkwk jadi yaudah, biarkan kita dan dunia kita yang paham.

Gue mempelajari suatu hal yang dulu bikin gue selalu worry, karena mungkin ini jadiin gue beda sama PI lain, yang Alhamdulillah hari ini gue yakini sebagai privilege : karena ini pilihan gue, gue yang minta, jadi sejatuh apaapun rasanya, gue akan jadi orang pertama yang berdiri dan kembali percaya kalau gue bisa melewati semuanya. "Kita adalah pahlawan buat diri kita sendiri" (kata kata yang selalu gue ulang sejak SMP tiba tiba jadi anak RSBI padahal dari SD super kampung wkwk).

Dan disinilah gue sekarang (lagi packing guim malah bikin ini wkwk yaudah) pengen bilang aja, buat siapapun yang baca ini, yang pengen sesuatu tapi ngerasa bukan siapa siapa, ingat ini : sebelum percaya dan memberikan hal paling berharga itu sama seseorang atau sesuatu, coba deh dengerin ada yang sejak lama berteriak meminta itu : diri kita sendiri.

Mungkin kedengarannya klise, tapi kalau kita aja gak percaya sama diri kita, gimana orang lain atau dunia bisa percaya. Karena akhirnya, kekuatan percaya itu bisa ngalahin apapun, menggerakkan apapun sekalipun itu artinya melawan dunia.

Dan, gue harus bilang, percaya sama diri sendiri itu butuh waktu dan mungkin memang pekerjaan sepanjang usia, karena kejutan hidup gak akan berhenti menempanya. Tapi, gak masalah, kita cuma harus mencoba, sesekali berisitirahat, jatuh dan berdiri lagi.

Buat semua patner gue belajar di BEM UI 2019, PI-nkmonster, anak cucu sabarku di sosling, squad proker budak budak soleh insyaallah banyak amal, dan semua orang yang gue temui karena bem ui , makasi, maaf dan semangat aja katanya ga cukup , jadi selamat berlayar dan melawan dunia (meski kadang dunia yg rumit itu isinya kita dan semua asumsi-asumsi yang belum teruji).
Kalau gak bisa ketemu di dunia nyata ataupun maya, mari bertemu di doa doa yang teduh waktu hujan lagi turun.

ps : sampai sekarang gue masih ga suka sih sama bem wkkw, tapi manusia kan gitu, biasanya yang ga disuka yang paling banyak menyita tenaga dan rasa *eaaaa
*panjang bat ni tulisan *yang hayati ada hutang waktu ngopi, tenaga bantuin pindahan, dan uang gegara bem ui mohon pc ya kwkw, inilah yang selanjutnya mesti dilunasi

Sekian Korbid Sosling BEM UI 2019 aka umi jadi jadian pamit undur diri dari dunia persilatan maya ini, mohon doanya agar ia selalu dekat dengan Pencipta-Nya dimanapun berada.

"UI, mungkin memang belum cukup, tapi semoga hari ini kata kata 4 tahun lalu itu jadi lebih berarti :'), Dian pengen pamit, pengen ninggalin kamu juga biar bisa liat dunia lebih luas lagi, biar kembali jadi orang lebih berbudi,
makasi ya UI, Diri dan semua yang udah mengasihi dan menemani :') Semoga Tuhan pun selalu menyayangi"

Repost @dianfhaatma, foto foto nya di ig aja yeah, dibuat waktu packing guim wkwk deatliner garis kerad

"Mungkin berat tapi ku tau, apa yang kita jalani sulit mereka pahami, 

namun ku yakin ada jalan untuk kita bersama.

Asalkan kita berani mencinta sepenuh hati

Meski seakan aku dan kamu melawan dunia"

-RAN ft Yura : Melawan Dunia

Komentar