Juni : Yang mengenalmu dengan sederhana

 
yang selalu dinanti saat pulang


Pada satu lintasan waktu, kita pernah lebih lama berhenti. Pernah bersama, menantang apa saja agar cerita ini lebih asik dikenang esok lusa. Pernah bertanya "mengapa yang manis, selalu lebih cepat berlalu?"

Pada lintasan berikutnya kita termangu, menerka-nerka "mengapa yang waktu itu lebih syahdu?". Lalu merayu waktu agar sedikit saja mau kembali ke masa : lalu.

Buku-buku kita masih basah terkena air mata, atau air apa saja yang kita keluarkan karena tidak terima. Tapi, 'ingatan' sebagai hal terakhir yang kita punya berkata "dibanding rasa sedih dipisahkan, kita baiknya bersyukur karena pernah dipertemukan, pernah disatukan dalam kepolosan anak SMA yang mencoba melawan dunia dengan sebatang pensil dan rumus faktorial setengah derajat. Pernah demikian idealis sampai remedial tak jadi alasan untuk bermalasan main ke ruang osis diujung lapangan. Pernah begitu merasa diterima, tidak peduli ada berapa titel gelarmu dibelakang nama. Pernah bersamamu, waktu kamu belum jadi siapa-siapa".

Lalu aku ambil lagi buku itu. Ku jemur dibawah terik matahari Depok pukul 12. Menakar sedikit keberanian, membuka halaman yang tak pernah mudah kita ceritakan pada dunia, tentang masa depan yang berbeda, sesekali menyiksa dan penuh tanda tanya. Tapi tidak apa, kau bilang kita bisa, seperti waktu itu kita menaklukkannya. Kau bilang jangan lupa "masih ada yang percaya pada cita-citamu yang gila, melihatmu sebagai manusia, meski kadang-kadang kau mulai terlihat seperti zombie memang..."

Dari acara Silaturahmi MPK/OSIS SMA Negeri 2 Payakumbuh di bulan Juni yang tidak hujan, tapi tak pernah lupa caranya jadi teduh.

Komentar