September : Aksara yang tak kunjung usai

hari lingkungan setiap harinya

Satu halaman kertas
Tertera beberapa Huruf. Aksara yang rumit, namun entah mengapa tetap dituliskan. Jangankan satu paragraf, mencukupi syarat sah sebuah kalimat-pun belum.

Tinta pena kita.
Tutup pena itu dikenakan, takut jika terus dibuka ia mengering. Sementara penulisnya tak kunjung kedatangan inspirasi. Sebab ia hanya mau menulis, lucu memang, tidak pernah menjadi seorang pembaca tapi ingin jadi penulis.

Gambar di buku bagian belakang.
Pusing. Lantas dibaliknya lembar-lembar itu hingga menyentuh penghujung. Ia tidak pernah tau, sebuah akhir telah di ukir. Sistematika yang sulit di pahami. Beberapa huruf di awal, kosong di pertengahan, lalu akhir yang penuh.

Semua buku.
Lalu dilihatnya semua buku. Sama, sama-sama seperti itu.

Penghapus manual.
Dihapusnya gambar diakhir. Ia tau ia bisa membuat akhir yang ia mau. Hanya jika ia bersedia mengisi bagian pertengahan yang kosong. Tentu dengan terlebih dahulu menyudahi halaman pertama. Tentu dengan mulai membaca. Membaca apa saja. Membaca keadaan : yang tidak berbicara, tapi begitu mudah dirasa.

Carilah bacaan lain selain caption ini. Carilah cara lain untuk menulis bagian pertengahan buku kita, yang (syukurlah) belum menemui akhirnya.

Dari bumi dan kita yang sama sama berteriak, memelas memohon akhir hikayat yang indah,
September 2019.


Repost @dianfhaatma, 2019

Komentar