Law of Attraction : Bimsalabim Pikiran

penyampaian materi oleh pemateri yang tidak ada materi materinya sama sekali wkwk

Yap, 10 Mei lalu jadi momen reflektif bagi saya, tentang apa yang terjadi belakangan ini. Setelah gagal menolak karena merasa tidak cukup berkapasitas (ya silahkan melempari saya dengan kolak duren, jika merasa pernyataan ini begitu klise), saya akhirnya menerima kesempatan belajar itu. Menjadi pembicara dalam acara pembekalan Desa Binaan Keluarga Mahasiswa Buddha UI.


Tegang, tentu. Seperti biasa pikiran-pikiran penuh asumsi dan bias pribadi menyeruak sebagai bentuk pertahanan diri dari ketidakpastian. "Gimana kalau apa yang hayati sampaikeun tydaq berfaedah?" "Kalau salah ngemeng bakal merusak nama seumat raya ga nih?" (mengingat saya adalah satu-satunya muslim diruangan itu) . Yap, sebuah disonansi akan perbedaan yang mafhum bagi manusia.

Saya memejamkan mata sejenak, mengingat dosen Sistem Saraf Tingkah Laku saya menunjuk-nunjuk kepalanya saat menjelaskan tentang Teori Law of Attraction. Teori yang secara sederhana mengungkapkan "Apa yang menguasai pikiran seseorang cendrung menjelma menjadi kenyataan. Pikiran negatif akan menarik kejadian Negatif, dan begitu pula sebaliknya".

Saya tersenyum, "mari kita lihat bagaimana teori ini bekerja". Saya menukar cara berfikir, "Ya kalau berhasil alhamdulillah, kalau belum, tentu ini akan jadi momen terbaik untuk banyak belajar dan menemukan". Ditengah-tengah penyampaian, hati saya bergetar. Penemuan yang unik dalam usaha merubah cara berfikir. Ternyata ada suatu persamaan yang menyatukan saya dan orang-orang keren ini hari itu. Namanya "cinta", spesifiknya "cinta pada pengabdian masyarakat". Jadi tidak perlu risau, karena sebenarnya kita sama. Sama-sama sedang belajar, sama-sama kadung jatuh cinta, jadi ingin belajar mencintai dengan lebih baik.

Maka, relevan dengan alasan kita gagal watsapan tempo hari (menangkal hoax isu presiden). Sederhananya, jika niat kita memilih itu untuk sesuatu yang baik, maka jagalah niat dan pikiran-pikiran itu. Sehingga, jika pilihan itu tidak sesuai harapan nantinya. Niat baik itu tetap tinggal, pikiran pikiran baik itu terus hidup, dan menjelma jadi nyata. Atau kita memang ingin memenangkan yang satunya "Pikiran negatif yang menarik kejadian negatif"



Repost @dianfhaatma, 2019

Komentar